Daily News | Jakarta – Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof. Dr. Ma’mun Murod Al Barbasy, S.Sos., M.Si mengatakan sudah pada jalur putusan pemikiran yang tepat bila Anies mendirikan partai baru. Ini memang harus dilakukan karena ini adalah salah satu cara bila dia ingin tetap eksis di dunia politik Indonesia di masa datang.
”Saat ini ada dua pilihan bagi Anies bila ingin tetap dalam dunia politik, misalnya ingin maju pilpres 2029. Pilihan alternatif pertama adalah mendirikan partai politik baru, Kedua, adalan bergabung dengan partai yang ada. Jadi hanya ada dua cara itu bila ingin tetap eksis dalam politik Indonesia di masa depan,” kata Makmud Murod, kepada KBA News di Jakarta, Selasa 3 September 2024.
Menurut Makmun, bila mendirikan partai baru dan kemudian mampu membuat jaringan partai ke seluruh wilayah Indonesia, maka itu menjadi bukti bahwa eksistensi Anies Baswedan itu kuat di dalam politik. Bila tidak bisa atau sebaliknya, maka dia perlu memikirkan ulang dengan bergabung dengan partai politik yang sudah ada.
”Momentumnya akan mendirikan partai baru akan kuat, misalnya bila nanti UU ermilu menetapkan bahwa pemilu 2029 akan memakai sistem proporsional tertutup. Sebaliknya, bila tetap memakai pemilu dengan sistem proporsional terbuka maka momentumnya mengecil,” ujarnya.
Mengapa demikian, Makmun Murod menjawab karena bila memakai sistem proporsional tertutup maka politik uang dalam Pemilu 2029 akan bisa ditekan. Namun, bila sebaliknya, yakni tetap memakai sistem pemilu proporsional terbuka maka politik uang atau kekuatan modal akan merajalela.
”Pada sisi lain, bila sistem pemilu proporsional terbuka maka partai baru menjadi semakin mudah karena tidak membutuhkan biaya tinggi (low cost). Sebaliknya, ketika pemilu tetap memakai sistem proporsional terbuka maka mendirikan partai baru harus didukung finansial yang besar. Hal itulah yang kini harus dipertimbangkan Anies,” ungkapnya.
Dalam hal pendirian partai baru, Anies memang harus belajar pada kesuksesan dan kegagalan beberapa tokoh politik. ”Yang sukses harus belajar apa yang terjadi pada Prabowo yang mendirikan Partai Gerindra dan Susilo Bambang Yudhono mendirikan Partai Demokrat. Kalau yang gagal belajarlah pada sosok Amien Rais yang tidak sukses mendirikan Partai Ummat atau Din Syamsuddin yang dahulu mendirikan Partai Pelita. Jadi harus cermat betul.”
”Yang pasti mendirikan partai politik itu tak hanya sekadar ketokohan saja, tapi banyak sisi lain. Tak ada bermodal ketokohan semata, tapi harus disertai adanya momentum, dan dukungan modal untuk membentuk serta menyolidkan jaringan,” kata Makmun lagi.
Meski terasa berat tantangan politik Indonesia ke depan, Makmun menegaskan masaih ada momentum menyegarkan yakni dengan keluarnya putusan Mahkamah Konsitusi beberapa waktu lalu tentang pencalonan dan syarat maju dalam Pilkada.
”Saya yakin parliamentery treshold tetap ada, mungkin menjadi 2,5 persen saja. Dan juga batas dukungan maju di pilpres dari dukungan partai tak lagi mencapai 20 persen. Nanti kayaknya akan berubah menyesuaikan dengan putusan MK kemarin. Maka putusan MK yang sudah tepat itu juga harus kita jaga dengan baik implementasinya ke depan.’,” kata Makmun Murod. (HMP)
Discussion about this post