Daily News | Jakarta – Darrel Huff ingin menunjukkan pada kita semua bahwa statistik meskipun sangat bermanfaat sering dianggap fakta yang objektif, yang sebenarnya bisa dimanipulasi untuk menyesatkan pembaca atau penggunanya.
Berbohong dengan statistik. Buku klasik yang kembali dibahas Anies Baswedan. Judul aslinya adalah How to Lie with Statistics karya Darrel Huff. Buku tersebut kali pertama diterbitkan pada tahun 1954 atau 71 tahun yang lalu.
”Buku ini bukan buku pelajaran. Bukan pula salah satu pelajaran. Atau bukan salah satu buku untuk pelajaran. Tapi buku Berbohong dengan Statistics ini adalah buku santai untuk dibaca kalau pas weekend,” ujar Anies Baswedan dikutip KBA News dari kanal YouTube pribadinya, Jumat, 21 Maret 2025.
Menurut Anies, kita semua diingatkan dari buku Berbohong dengan Statistik ini. Hal itulah yang tidak boleh dikerjakan. Dikatakan, konsep dasar dari buku yang telah dicetak 1,5 juta eksemplar tersebut sebenarnya sangat sederhana. Tapi kesederhanaan yang penting, kata Anies, si tokoh perubahan tersebut.
”Darrel Huff ingin menunjukkan pada kita semua bahwa statistik meskipun sangat bermanfaat sering dianggap fakta yang objektif, yang sebenarnya bisa dimanipulasi untuk menyesatkan pembaca atau penggunanya,” papar Gubernur Jakarta periode 2017-2022 itu.
Lanjut Anies, buku How to Lie with Statistics mengajak kita bersikap kritis dan bersiap skeptis dalam artian yang positif dalam statistik yang kita temui dalam keseharian kita. Baik itu berita, iklan, hasil penelitian maupun hasil survei yang itu semua harus dilihat dengan kritis. ”Itulah mengapa dosen saya sewaktu kuliah di AS merekomendasikan buku ini sekaligus berpesan agar tidak mengerjakan yang ada di buku ini.”
Dikatakannya, salah satu argumen utama Darrel Huff adalah statistik itu bukan hanya soal angka. Tapi juga tentang interpretasi di mana statistik itu bisa dimanipulasi. Hal tersebut karena pemilihan sample yang bias, penggunaan data-data yang menyesatkan dan pembuatan grafis yang distortif.
”Jadi Darrel Huff menekankan pada kita semua bahwa kita perlu memahami sebuah konteks. Kita perlu mengerti metodelogi di balik statistik yang kita lihat,” ujar mantan Rektor Universitas Paramadina Jakarta tersebut.
Menurutnya, buku Berbohong dengan Statistik ini juga membahas konsep-konsep penting. Seperti korelasi bukan berati kausalitas. Memiliki korelasi bukan berarti ada sebab akibat. ”Bahkan lebih jauh lagi, karena sesudahnya bukan berarti disebabkan olehnya. Sederhana tapi ini harus dipahami,” ungkap dia.
Anies mengatakan, terkadang kalau ada korelasi ini pasti ada hubungan sebab akibat. Kalau terjadi sesudahnya berarti disebabkan olehnya. Nah, Darrel Huff mengingatkan kepada kita semua untuk tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan. Apalagi hanya berdasar pada hubungan statistik antara dua peristiwa, dua komponen, serta dua variabel.
”Penulis mengajak kita untuk mencari penjelasan alternatif dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berperan dalam menjelaskan sebuah peristiwa.”
Sebagai pamungkas, statistik harusnya disajikan untuk menampilkan realita, membuat realita mudah dibaca, dipahami, dan lebih menarik perhatian.
Namun statistik juga kadang menyembunyikan hal lain karena kekeliruan-kekeliruan baik yang disengaja maupun tidak, sehingga malah menutupi realita. (DJP)
Discussion about this post