Daily News | Jakarta – Sosok Anies Baswedan kembali mencuri perhatian publik, kali ini lewat ceramahnya dalam acara Syawalan Nasional HMI MPO yang digelar di University Club (UC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (22/4/2025). Ceramah tersebut mendapatkan apresiasi tinggi dari Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, pengajar mata kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasional di Magister Manajemen UGM.
Prof. Heru mengaku terkesima dengan cara Anies menyampaikan materi. Menurutnya, Anies menunjukkan karakter pemimpin yang matang dan visioner. “Mas Anies bisa mengumpamakan kepemimpinan dengan contoh yang mudah dipahami. Cara penyampaiannya juga lugas, retorika dan intonasinya bagus, sehingga pendengar dengan cepat bisa menerima dan memahami pesan yang disampaikan,” ujar Prof. Heru kepada KBA News, Jumat (25/4/2025).
Dalam ceramahnya, Anies menggambarkan kepemimpinan nasional layaknya mengemudikan kapal tanker sepanjang satu kilometer—lambat beloknya, namun stabil dan memerlukan kesabaran luar biasa. “Kalau kapal tanker, kemudi harus diputar berkali-kali, mungkin baru pada kilometer ketujuh terlihat beloknya. Artinya dibutuhkan kesabaran, ketabahan, dan kekuatan,” jelas Anies di hadapan ratusan hadirin.
Anies menekankan pentingnya memiliki visi jangka panjang dalam memimpin bangsa. Ia menilai pemimpin sejati adalah mereka yang tidak hanya berpikir untuk hari ini, tetapi jauh ke depan. “Visi adalah pandangan. Visioner adalah kemampuan untuk melihat jauh ke depan. Tanpa kesadaran jangka panjang, sulit bagi seorang pemimpin untuk menjadi visioner,” tegasnya.
Tak hanya soal kepemimpinan, Prof. Heru juga menyoroti sisi humor Anies yang menurutnya cerdas dan berkelas. Salah satu cerita yang memancing tawa adalah saat Anies mengenang masa menjadi Ketua Senat Mahasiswa UGM, ketika ia sempat mengizinkan gedung UC dipakai untuk acara pernikahan, padahal seharusnya digunakan untuk seminar.
“Guyonan yang disampaikan Mas Anies bukan sekadar lelucon biasa, tapi menyentuh dan membuat yang mendengar seperti ikut merasakan kejadian saat itu,” ujar Prof. Heru.
Cerita itu bermula dari permintaan temannya, Tauriq, yang ingin menikah di UC. Sebagai Ketua Senat, Anies yang mengurus izin pemakaian gedung, menyulap agenda seminar menjadi resepsi pernikahan. “Beberapa hari setelah acara, kami semua dipanggil ke kantor rektor. Marah besar! Karena gedung seminar dipakai untuk pernikahan,” kenang Anies, disambut gelak tawa hadirin.
Ceramah Anies di UGM ini bukan hanya membekas karena substansinya yang berbobot, tetapi juga karena caranya membangun koneksi emosional dengan audiens—menggabungkan kecerdasan, pengalaman, dan selera humor yang menyentuh. (AM)