Daily News | Jakarta – Harapan masyarakat dan para pegiat demokrasi adalah Presiden Prabowo Subianto memutuskan rantai hubungan dengan Jokowi. Hal itu penting untuk membuat pemerintahan sekarang bebas dari pengaruh dan stigma masa lalu. Dengan demikian, bisa diharapkan Prabowo bekerja sepenuhnya untuk kepentingan rakyat banyak.
Hal itu dikatakan oleh Pengamat Politik dan Ekonomi dari UI-Watch Hasril Hasan kepada KBA News, Rabu, 12 Februari 2025, menyikapi perkembangan politik di mana di beberapa kota besar telah terjadi unjuk rasa masyarakat agar Presiden ke-7 Joko Widodo ditangkap dan diadili. Karena pemegang kekuasaan dan kewenangan adalah Prabowo maka mereka meminta dia untuk mengambil tindakan tersebut.
Seruan kepada Prabowo itu disampai oleh banyak kalangan yang melihat bahwa akan berbahaya jika Prabowo membiarkan dirinya masih berada dalam bayang-bayang Jokowi. Tidak kurang, para purnawirawan TNI menyatakan hal itu. Dalam pertemuan di Jakarta, Ahad lalu, Jubir para purnawirawan Mayjen Purn Sunarko, mantan Danjen Kopassus, menyatakan mereka akan mendukung Prabowo.
Sekitar 1.000 purnawirawan dari tiga matra berpangkat dari kolonel sampai Jenderal akan menyatakan kebulatan tekad mendukung Prabowo. “Dukungan itu diberikan jika dia tidak lagi berada di bayang-bayang Jokowi, tidak memberikan akses kekuasaan kepada Gibran dan meresafel para menteri yang merupakan antek-antek Jokowi,” kata Sunarko waktu itu.
Tetapi, tambah Hasril, itu tentunya tidak mudah dan lancar berlangsung segera. Ada beberapa indikasi Prabowo tidak bisa lepas dari pengaruh Jokowi. Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR-RI Sufmi Dasco Ahmad, inisiatif meminta Gibran menjadi Wakil Presiden berawal dari Prabowo.
“Dia sampai lima kali meminta ke Jokowi sebelum disetujui. Begitu disetujui maka UU Pilpres yang menyatakan Presiden/Wakil Presiden harus berusia 40 tahun diubah di MK sehingga Gibran yang baru berumur 36 tahun bisa masuk persyaratan. Persetujuan Jokowi itu tentunya dengan berbagai jaminan dari Prabowo,” kata alumni Fakultas Ekonomi UI tahun 1967 itu.
Peroleh bantuan Jokowi
Kemenangan Prabowo dalam Pilpres 2024 tidak terlepas dari bantuan Jokowi. Dia yang sudah dua kali gagal sebagai Capres melihat bahwa kemungkinan menang harus lewat ulah dan akal bulus Jokowi. Dengan gelontor Bansos yang masif dan permainan di KPU barulah bisa dia menang. Makanya, akan sangat sulit untuk mengharapkan Prabowo berpaling dari Jokowi. Diduga kuat dia sudah disandera oleh oleh mantan Walikota Solo itu.
“Jika dilihat pernyataan Prabowo di Muktamar Muslimat NU di Surabaya, Senin, di mana menyatakan bahwa Jokowi adalah guru politiknya maka akan semakin terang dia tidak mungkin lepas dari mentornya itu. Apalagi dia menyatakan bahwa ada orang yang bermaksud memisahkannya dari gurunya dan itu, katanya, tidak mungkin,” kata mantan salah salah direktur di Perusahaan Minyak itu.
Ini dengan jelas menunjukkan, Prabowo tidak bisa diharapkan akan menangkap dan mengadiii Jokowi. Dia pun tidak mungkin akan menendang Gibran dari posisi Wapres walaupun tidak punya reputasi dan prestasi apapun. Rasanya kalau dia meresafel kabinet tidak akan menyingkirkan orang-orang yang sangat dekat dengan Jokowi.
“Rasanya Tito, Sigit Listyo, Hasanuddin, Bahlil, Sri Mulyani akan aman. Mungkin yang tidak tertolong asalah Budi Arie dan lain-lain yang memang tidak menunjukkan kinerja dan terindikasi korupsi yang saat kuat. Tetapi kita lihat saja. Apakah Prabowo akan menggebrak seperti yang dikoar-koarkannya atau hanya omon-omon seperti biasanya,” kata mantan direktur Tupperware, produsen alat-alat rumah tangga itu.
Walaupun demikian gerakan masyarakar sipil yang menuntut Jokowi ditangkap dan diadil tidak boleh berhenti atas fakta-fakta itu. Jika gerakan itu membesar tentunya Prabowo tidak punya pilihan selain melakukan kehendak rakyat. Harapan masih ada walaupun kita tidak optimis,” demikian Hasril Hasan. (AM)