Daily News | Jakarta – Di tengah gelombang ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan negara pasca lengsernya Presiden Joko Widodo, muncul fenomena yang tak kalah menarik: sambutan hangat terhadap kehadiran Anies Rasyid Baswedan (ARB) di berbagai kampus ternama. Saat aksi demonstrasi mahasiswa menggema dari berbagai penjuru Pulau Jawa hingga ke jagat media sosial, Anies justru menjadi sosok yang dielu-elukan di dunia kampus.
Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Dimyati, M.Si. mengatakan, isu utama yang menyulut amarah mahasiswa dan masyarakat sipil dalam beberapa pekan terakhir mencakup dua hal: tuntutan untuk mengadili mantan Presiden Jokowi serta penolakan terhadap revisi Undang-Undang TNI yang dinilai dibahas secara tertutup oleh pemerintah dan DPR.
“Demonstrasi yang awalnya fokus pada isu pengadilan terhadap Jokowi mulai bergeser pada penolakan terhadap revisi UU TNI yang dianggap mengancam prinsip-prinsip demokrasi,” katanya kepada KBA News, Selasa, 8 April 2025.
Namun, di tengah situasi panas tersebut, Anies Baswedan justru mendapatkan sambutan luar biasa dari mahasiswa saat hadir di sejumlah kampus seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan kampus-kampus besar lainnya. “Fenomena ini mencerminkan kontras yang kuat antara ketidakpuasan terhadap elite politik yang ada dengan harapan terhadap figur pemimpin baru yang diyakini mampu membawa perubahan,” jelasnya.
Prof Dimyati menilai, kehadiran Anies di kampus bukan hanya bersifat simbolis, melainkan sarat makna dan pengakuan dari kalangan intelektual muda. Setidaknya ada lima makna utama di balik antusiasme mahasiswa terhadap ARB:
Pengakuan dan respek
Mahasiswa memandang Anies sebagai figur yang telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Penghormatan ini mencerminkan penghargaan atas rekam jejaknya, baik di dunia pendidikan maupun politik.
Kepedulian terhadap Isu Sosial dan Politik
Isu-isu yang dibawa Anies ke ruang diskusi kampus sejalan dengan keresahan mahasiswa. Kehadirannya membangun dialog yang sehat dan konstruktif di tengah derasnya arus kritik terhadap pemerintah.
Sumber Pembelajaran dan Inspirasi
Sebagai mantan akademisi dan intelektual publik, Anies menjadi sosok inspiratif bagi mahasiswa. Pengalaman dan gagasannya menjadi sumber pembelajaran yang relevan dengan konteks zaman.
Legitimasi Akademik
Kampus sebagai institusi pendidikan tinggi memberikan pengakuan tersendiri terhadap kehadiran Anies. Ini menunjukkan bahwa gagasan dan visinya memiliki tempat di kalangan akademik.
Peningkatan Kesadaran Sosial dan Politik
Kunjungan Anies ke kampus mampu mendorong mahasiswa untuk lebih aktif terlibat dalam isu-isu sosial dan politik, membentuk generasi muda yang lebih sadar dan kritis terhadap keadaan bangsa.
Mengapa Anies Baswedan Disambut Antusias?
Dia mengatakan, dalam kacamata mahasiswa, Anies adalah representasi pemimpin ideal. Ia memiliki kualitas yang dianggap langka di kancah politik Indonesia saat ini:
Integritas tinggi, tidak tunduk pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Visi masa depan yang jelas, serta kemampuan mengartikulasikannya secara gamblang.
Kemampuan komunikasi yang kuat, yang mampu menginspirasi dan menggerakkan orang lain.
Kemampuan kerja sama lintas sektoral, sebagai modal penting dalam membawa perubahan.
Bagi mahasiswa, pemimpin ideal bukan hanya soal jabatan, tapi juga tentang kemampuan menyuarakan aspirasi mereka dan menjadi jembatan perubahan. Dalam hal ini, Anies dianggap memenuhi ekspektasi tersebut, dan bahkan lebih jauh mampu menyatukan gagasan dengan gerakan yang nyata.
Prof Dimyati menggarisbawahi bahwa fenomena sambutan hangat terhadap Anies Baswedan di kampus-kampus besar mencerminkan adanya kerinduan mahasiswa terhadap figur pemimpin yang mampu menginspirasi, berdialog, dan memahami keresahan generasi muda. “Ketika ruang-ruang demokrasi dirasa kian menyempit dan suara mahasiswa kerap diabaikan, kehadiran Anies menjadi oase di tengah kegersangan politik,” ungkapnya.
Tak berlebihan bila dikatakan bahwa dunia kampus kini menjadikan Anies sebagai simbol harapan akan perubahan. Ia bukan sekadar tamu, tapi juga bagian dari denyut nadi intelektual yang terus mencari arah masa depan bangsa (EJP)
Discussion about this post