Daily News | Jakarta – Seperti yang banyak dibicarakan orang bahwa Anies Baswedan akan mendirikan organisasi massa (Ormas) atau organisasi non-pemerintah (Ornop) sendiri. Itu perlu dipahami sebagai alat baginya untuk mengaktualisasi diri setelah tidak mempuyai jabatan publik. Upayanya untuk berkiprah di Pilpres digagalkan oleh rezim dan usahanya untuk kembali (comeback) di Pilkada Jakarta dijegal oleh partai pendukungnya.
Pengamat politik dan ekonomi senior dari UI Watch Hasril Hasan menyatakan hal itu kepada KBA News, Rabu, 15 Januari 2024. “Orang semacam Anies yang merupakan aktivis tulen sejak mahasiswa tentunya tidak bisa diam saja. Dia butuh wadah untuk aktualisasi diri. Jika dia tidak berkenan bergabung dengan partai tertentu maka dia bisa bentuk Ornop dan jika memungkinkan membentuk partai sendiri,” kata alumni Fakultas Ekonomi UI tahun 1967.
Ditambahkan, dia juga bisa bergabung dengan partai lain tetapi harus menjadi pemimpin utama seperti ketua umum atau ketua Dewan Pembina. Kalau dia cuma menjadi orang kedua dan ketiga rasanya sayang sekali mengingat potensi, gagasan dan energinya sangat besar yang sulit ditandingi oleh siapapun yang separtai dengan dia.
Pilpres atau dalam Pilkada Jakarta tahun lalu, tambahnya, Anies merupakan tokoh yang paling banyak mengeluarkan gagasan orisinil dan menantang. Dalam debat Capres dia unggul. Begitu juga Pilgub Jakarta. Dia tidak ikut kontestasi tetapi, harus diakui, dialah yang menjadi pengumpul suara (vote getter) terbesar paslon yang dicalonkan PDIP Pramono Anung Rano Karno (Pram-Doel). Tanpa peran Anies nampaknya mereka tidak akan menang.
Pihak lawan, yaitu Koalisi KIM Plus di mana ada Prabowo dan Jokowi di sana, sadar betul tentang potensi Anies itu. Awalnya mereka pasang Ridwan Kamil untuk menyaingi Anies. Begitu melihat bahwa dukungan kepada Anies sangat besar mereka berupaya menggagalkan pencalonannya. Mereka berhasil mengandangkan Anies dengan mengekang partai-partai pendukungnya di Pilpres.
Tidak duga dukung
“Tetapi mereka sama sekali tidak menduga Anies bermanuver mendukung Pram-Doel yang berakibat gagalnya ambisi Ridwan Kamil buat hattrick (tiga kali) kemenangan, yaitu di Pilkot Bandung, Pilkada Jawa Barat dan Pilkada Jakarta. Jika Anies tidak mendukung Pram-Doel, Ridwan Kamil bisa membanggakan diri sebaga satu-satunya orang yang menang dalam tiga pilkada berbeda,” kata mantan direktur salah satu perusahaan minyak terkenal itu.
Karena itu, tambahnya, energi dan poensi kreativitas dan pemikiran Anies itu tidak boleh dibiarkan mati layu tanpa penyegaran. Dia perlu wadah untuk menampung gagasannya, bisa berupa Ornop atau Ormas. Dari sanalah dia bisa mengekspresi diri, menuangkan gagasan dan aksi nyata bagi rakyat hingga masa Pilpres tiba pada 2029.
Nama Anies memang terlalu besar untuk diabaikan. Beberapa waktu lalu ada partai yang mengusung ide Perubahan dan menyatakan mereka akan mencalonkan Anies sebagai Capres. Ternyata partai itu bukan dari Anies dan dia merasa tidak terlibat di sana. Akibatnya, partai itu tenggelam dan hilang tidak tahu di mana sekarang.
“Kita pun mendengar Jubir Anies, Sahrin Hamid, mendirikan Ormas yang mendapat restu dari Anies. Tetapi, gema dari Ormas baru itu kurang gelegar. Untuk memberikan pengaruh besar sebaiknya Anies sendiri yang mendirikan Ornop, menjadi Ketua Umumnya dan kemudian berkeliling Indonesia mengampanyekan Ornopnya itu, mendirikan daerah dan cabang dan gagasan tentang perbaikan Indonesia di masa depan,” kata mantan direktur alat rumah tangga terkenal Tapperware itu.
Dia yakin Anies masih mempunyai pengikut dan pendukung yang banyak. Gagasannya tentang perubahan yang dinyatakan di Pilpres sangat menggugah rakyat. Pikirannya tentang Indonesia yang bersih dari korupsi sangat logis dan bisa dilaksanakan. “Dia tidak kalah tetapi dikalahkan baik di KPU maupun lewat Bansos dan Money politics. Dia masih punya kesempatan besar di Pilpres 2029,” demikian Hasl Hasan. (EJP)
Discussion about this post