Daily News | Jakarta – Ridwan Kamil dan Suswono dinilai rakus karena mengambil semua partai politik agar mendukungnya. Dengan begitu, kata Refly, partai politik tidak bisa mengusung calon lain.
Pengamat Politik Refly Harun menyampaikan sikapnya terhadap Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Dia memilih sikap netral, apakah kolom kosong maupun gerakan coblos semua ketiga pasangan calon.
“Saya terus terang saja, saya memilih netral. Apakah nanti coblos kolom kosong, apakah nanti gercos ataukah nanti golput,” ucap Refly Harun di diskusi bertajuk ‘Anak-anak Abah di Pilkada Jakarta 2024’ dihadiri KBA News di Jalan Pekayon 1, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Sabtu, 28 September 2024.
Menurutnya ketiga paslon itu tidak mempunyai moral ground untuk menjadi pemimpin di Jakarta. Dia mencontohkan pada pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono yang dinilai rakus karena mengambil semua partai politik agar mendukungnya. Dengan begitu, kata Refly, partai politik tidak bisa mengusung calon lain.
“Bagaimana mungkin kita mendukungnya, dia (RK-Suswono) dengan cara rakus mengambil semua partai politik, dengan maksud agar tidak ada partai politik yang bisa mengajukan calon lagi. Ketika presidential threshold masih 29 kursi dan 25 persen suara,” ujarnya.
“Karena itu saya mengatakan ini orang kehilangan moralground, orang yang takut berkompetisi secara peer mau datang ke Jakarta kalau lawan kuatnya enggak ada,” sambungnya yang disambut tepuk tangan oleh peserta diskusi.
Dia yakin kalau Anies Baswedan mengikuti Pilkada Jakarta 2024 ini, Ridwan Kamil-Suswono dan pasangan lainnya bakal tumbang. Pasalnya Anies Baswedan merupakan calon petahana yang diinginkan oleh masyarakat Jakarta.
“Padahal kalau ada lawan kuat, tumbang dia (Ridwan Kamil). Karena itu pasti saya tidak akan memilih nomor satu. Bagaimana dengan nomor dua, yang namanya menjadi calon independen atau perseorangan itu adalah hak. Hak setiap warga negara kalo dalam konteks Jakarta, hak warga Jakarta ya, tapi jangan ngambil dong dukungannya anak Abah,” paparnya.
Refly harun melihat ada konspirasi yang ingin meloloskan pasangan ini seperti skenario di Solo hal itu supaya tidak melawan kotak kosong. Karena kalau melawan kotak kosong, lanjut Refly, khawatir kalah melawan kotak kosong seperti di Makassar.
Maka kemudian yang namanya calon independen ini diloloskan agar pasangan pertama tadi tidak melawan kotak kosong.
“Eh ternyata setelah mereka menjalankan skenario itu ada putusan Mahkamah Konstitusi, kita tahu pada tanggal 20 Agustus kemarin. kemudian memancing demonstrasi besar-besaran dan akhirnya ada 1 partai yang bisa mencalonkan,” jelasnya.
Selain itu dia memaklumi kalau PDIP mencalonkan kadernya sendiri maju di pilgub Jakarta. Tetapi, kata Refly, jangan menjadikan Anies Baswedan sebagai alat tukar tambah.
“Kita hormati PDIP ketika dia mencalonkan kadernya sendiri, ketika itu hak politik dia. Tetapi jangan Abah dijadikan alat tukar tambah dong. Ya kan. Kalau Anies Baswedan dijadikan alat tukar tambah, pura-pura diusung kemudian ditendang kan sakit hati kita jadinya,” tegasnya.
Karena itu dia menganggap bahwa yang ketiga itu tidak memiliki moralground untuk memimpin di Jakarta. Apalagi setelah ditunjuk sebagai calon, kata Refly, Pramono Anung langsung melaporkan kepada Joko Widodo.
“Maka saya bilang ini bukanlah mereka-mereka yang memiliki legimitasi moral seorang pemimpin Jakarta. Karena itu apapun yang terjadi saya mengatakan akan bahwa saya, netral,” tegasnya.
Refly menuturkan jika MK membolehkan kolom kosong itu supaya dicoblos atau gercos.
“Karena kita masih punya peluang paling tidak untuk menyatakan ekspresi kita bahwa kita tidak setuju dengan 3 calon. Saya tidak menyarankan merusak kertas suara-suara,” tutupnya. (EJP)