Daily News | Jakarta – Kekalahan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 kemarin dan kegagalan mengikuti Pilgub Jakarta 2024 karena tidak ada partai yang mendukung semestinya tidak membuat mantan Gubernur DKI Jakarta itu menarik diri dari perpolitikan nasional. Anies didorong untuk tetap eksis di panggung politik nasional seraya mempersiapkan diri untuk kembali berlaga pada kontestasi elektoral berikutnya.
“Pak Anies ini kan sudah menjadi aset nasional, tokoh nasional. Dan memang harus punya kendaraan politik sendiri, yang mandiri” jelas Ketua Umum DPP Relawan Anies P-24 James Ibrahim kepada KBA News di sekretariat DPP Relawan Anies P-24 di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan kemarin.
Karena itu dia menyambut baik Anies Baswedan yang kini sedang mempertimbangkan apakah akan membentuk partai atau ormas sebagai langkah politik berikutnya. Menurutnya Anies memang harus mendirikan partai sehingga tidak tergantung lagi kepada partai-partai yang lain seperti pengalaman sebelumnya. “Apalagi Pak Anies sendiri sudah menyebut semua partai kini sudah tersandera kekuasaan. Artinya harus buat partai yang mandiri,” ungkap mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Reformasi ini.
Meski demikian, dia mengingatkan harus dikaji secara mendalam terkait plus-minus kalau mendirikan partai saat ini. Banyak pakar dan peneliti sudah menjelaskan bukan perkara yang mudah untuk mendirikan sebuah partai. Terlebih sudah terlihat bagaimana partai-partai baru sebelumnya yang gagal tembus ke parlemen. “Saya yakin Pak Anies juga sudah punya kajian dan risetnya itu,” ucapnya.
Lebih jauh James Ibrahim menjelaskan setidaknya ada dua syarat yang harus dimiliki untuk mendirikan partai. Pertama, modal sosial. Untuk hal ini Anies sudah memenuhinya mengingat ketokohan yang dimilikinya di samping tentunya secara konkret memiliki sekitar 41 juta pemilih pada Pilpres 2024 kemarin. “Tapi kan tidak cukup hanya modal sosial. Ada syarat kedua, modal finansial. Karena sistem politik di Indonesia kan sangat mahal,” bebernya.
Kekuatan dana ini mutlak mesti dimiliki untuk menyiapkan infrastruktur partai yang menjadi persyaratan. Terutama terkait keharusan menyiapkan pengurus partai di seluruh provinsi, di 75 persen jumlah kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan; dan di 50 persen jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan.
“Kan semua itu (pembentukan pengurus) harus digerakkan (memakai dana). Saya tidak menafikan Mas Anies, insya Allah mungkin ada (dana itu) nantinya. Tapi sekarang mungkin belum. Kalau sudah punya (dana) sekarang, saya yakin Mas Anies sudah firm itu langsung bikin partai,” kata mantan wartawan majalah terkemuka asal Amerika Serikat ini menekankan.
Karena itulah sebagai langkah awal Anies sebaiknya mendirikan ormas terlebih dahulu. Dia menekankan sumber daya yang dimiliki saat ini sudah cukup untuk membuat sebuah ormas. “Ini saja sekarang jaringan relawan sangat besar, tinggal kita formalkan jadi sebuah ormas. Jadi (simpul relawan) bukan (jalan) sendiri-sendiri lagi,” ungkapnya.
Keberadaan ormas ini juga sebagai langkah awal untuk melakukan konsolidasi para pendukung dan simpatisan mantan rektor Universitas Paramadina tersebut. Sekaligus untuk mengetahui seberapa besar yang masih tetap setia di jalur perubahan. Kalau memang sudah siap, termasuk dalam hal pembiayaan, barulah ormas tersebut bertansformasi menjadi partai.
“Jadi lewat ormas ini kita cek ombak dululah. Kalau buat partai berarti sudah harus siap langsung menghadapi gelombang tinggi. Suka tidak suka nih. Kalau kita tidak siap, terus tiba-tiba dihantam badai, kan bisa porak-poranda. Ibaratnya begitu. Jadi saya lebih cenderung buat ormas dulu, kumpulkan kekuatan, sumber daya, dan jejaring terlebih dahulu,” demikian tandasnya. (HMP)