Daily News | Jakarta – Anak muda sekarang bukan hanya bisa menyuarakan isu, tapi juga mengorganisasi perubahan secara lebih luas dan cepat. Media sosial jadi alat yang sangat efektif untuk menggerakkan massa dan menyebarkan ide.
Maka, di tengah derasnya arus informasi dan perubahan sosial yang cepat, peran relawan tak pernah kehilangan relevansinya. Bukan sekadar aktivitas tanpa bayaran, kerelawanan mencerminkan kepedulian, aksi nyata, dan komitmen terhadap masa depan yang lebih baik.
Di Yogyakarta, semangat ini hidup dan tumbuh dalam berbagai lini kehidupan, dari pendidikan, lingkungan, hingga politik dan budaya. Salah satu gerakan yang memperkuat semangat tersebut adalah Ubah Bareng, wadah gerakan yang diinisiasi oleh Anies Baswedan.
Syaifudin Zuhri, relawan Ubah Bareng di Yogyakarta, melihat kerelawanan sebagai bagian penting dari perjalanan sosial anak muda. Baginya, menjadi relawan bukan hanya bentuk kontribusi, tapi juga ruang pembelajaran dan aktualisasi diri. “Kerelawanan adalah bagian tak terpisahkan dari setiap fase kehidupan manusia, di mana pun dan kapan pun,” ujarnya kepada KBA News, Jumat, 9 Mei 2025.
Zuhri menilai, Yogyakarta merupakan ekosistem yang subur bagi tumbuhnya komunitas dan gerakan sosial. Banyak inisiatif lahir dari masyarakat dan digerakkan oleh relawan, terutama anak muda, yang punya semangat idealisme tinggi. Dukungan teknologi dan media sosial semakin memperkuat daya jangkau dan dampak dari gerakan-gerakan tersebut.
“Anak muda sekarang bukan hanya bisa menyuarakan isu, tapi juga mengorganisasi perubahan secara lebih luas dan cepat. Media sosial jadi alat yang sangat efektif untuk menggerakkan massa dan menyebarkan ide,” jelas Syaifudin.
Namun, ia juga mengakui bahwa jalan menjadi relawan tidak selalu mudah. Banyak pemuda yang ingin berkontribusi, tapi bingung harus mulai dari mana. Ada pula yang menghadapi tekanan dari keluarga atau berada dalam organisasi yang tidak sehat. “Terkadang, relawan dianggap cuma cari muka. Itu tudingan yang cukup menyakitkan, karena sejatinya kerelawanan adalah tentang ketulusan,” tegasnya.
Bagi Syaifudin sendiri, perkenalannya dengan Ubah Bareng berawal dari kampanye kreatif mereka di media sosial, terutama di Instagram. “Saya tertarik karena pendekatannya segar dan komunikatif. Bukan hanya soal strategi, tapi juga ide-ide yang ditawarkan Pak Anies seperti contract farming, pendidikan sebagai investasi jangka panjang, dan kampanye yang menonjolkan nilai-nilai kebudayaan,” ujarnya.
Hal-hal itulah yang membuatnya mantap untuk bergabung dan terlibat aktif. Ia melihat Ubah Bareng bukan sekadar gerakan, melainkan wadah pembelajaran dan pengorganisasian anak muda untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Menurutnya, selama komunitas, masyarakat, dan institusi mampu menciptakan ruang yang sehat dan suportif, maka kerelawanan bisa tumbuh menjadi kekuatan transformasi sosial yang nyata. “Anak muda adalah motor perubahan. Tapi mesin itu perlu ruang untuk tumbuh, bahan bakar idealisme, dan arah yang jelas,” tuturnya. (DJP)