Daily News | Jakarta – Kini massa berkumpul mengumandangkan suara perlawanan terhadap Presiden Jokowi yang akan mengakhiri satu dekade kekuasaannya dalam hitungan hari.
Warna dan nuansa oposisi atau kekuatan non-pemerintah terlihat dominan di Kawasan Menteng, Senin kemarin. Tepatnya di Restoran Timur Tengah Mewah Al-Jazeerah Signature, Gondangdia, Jakarta Pusat. Ratusan orang berkumpul mengumandangkan suara lain dari yang selama ini terdengar. Ya, mereka meneriakkan perlawanan terhadap Presiden Jokowi yang akan mengakhiri satu dekade kekuasaannya dalam hitungan hari.
Dimotori oleh Ketua Umum Partai Nagoro (Nasional Gotong Royong) Faizal Assegaf, para tokoh yang berada di seberang kekuasaan itu membuat acara bertajuk Silatirahmi Elemen Tokoh dan Elemen Rakyat. Peserta yang hadir sekitar 300 orang itu menyuarakan koor satu suara: Adili dan Tangkap Jokowi.
Puluhan tokoh terkenal menjadi pembicara di acara itu. Oleh pengatur acara Refly Harun pembicara dibatasi waktu cuma 5 menit. Dimulai dari Faisal sendiri dilanjutkan secara berurutan antara lain Amien Rais, Din Syamsudin, Roy Suryo, Adhi Massardi, Tifauzia Tyassuma, Sayuti Al-Syatirie, Abraham Somad, Eddy Mulyadi, Said Didu, Sunarko, Antoni Budiwan, Marwan Batubara, Slamet Kirbianto, Buni Yani, dan banyak lagi yang lain.
Dalam acara yang berlangsung sekitar dua setengah jam itu, semua menghujat Jokowi, Presiden yang dianggap gagal memimpin bangsa ini dalam masa 10 tahun. Indikator kegagalan dipaparkan satu persatu oleh para tokoh itu. Baik di bidang politik, hukum, ekonomi dan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Gugatan mereka umumkan dapat disarikan pada dua topik yaitu adili Jokowi dan batalkan Gibran Rakabuming Raka dilantik menjadi Wakil Presiden pada 20 Oktober. Jika Jokowi tidak diadili maka akan membuat dia merasa kesalahan yang dilakukannya merupakan kewajaran. Sedang jika Gibran dilantik maka dikhawatirkan Indonesia akan diperintah oleh seorang psikopat yang mengidap sakit jiwa parah.
Roy Suryo melakukan orasi bertopik Petruk Dadhi Ratu yang secara jelas menggambarkan naik Jokowi ke tampuk kekuasaan. Apa yang dikatakannya tentunya bukan soal.baru sebab memang sudah menjadi pembicaraaan umum betapa rakyat ‘ditipu’ oleh Jokowi.
Perilaku menyimpang
Tifauzia Tyassuma, seorang dokter, menyoroti perilaku yang diduga penyimpang yang dibuat orang yang mempunyai akun Fufufafa. Semua orang hampir memastikan Fufufafa itu adalah akun yang digunakan Gibran. Dalam celotehannya di Kaukus, Fufufafa menyerang semua orang berseberangan dengan Jokowi. Akun itu dibuat pada tahun 2019, pada saat pertarungan politik antara Jokowi lawan Prabowo sangat panas di Pilpres 2019.
Tifa menyoroti sebuah posting Fufufafa yang dinilainya merendahkan Prabowo. Dalam celotehan itu dia menyatakan: Prabowo naik ke puncak gunung Semeru/Sampai di atas dia mengibarkan bendera merah putih/ Lalu dia berteriak: Titik kembalilah kepadaku/ Dia kemudian menggelinding ke bawah seperti landak. Sesampainya di bawah dia makan jagung bakar.
Menurut Tifa, narasi seperti itu jelas melecehkan Prabowo, tidak punya etika dan keterbatasan kosa kata. Yang menggelindingi itu bukan landak tetapi trenggiling. Narasi penyerangan kepada Prabowo bukan hanya itu tetapi banyak, dengan sikap kasar dan tanpa etika. Ironisnya dia akan dilantik jadi wakil presiden pada 20 Okrober.
Said Didu menyuarakan keprihatinan atau praktek oligargi yang dilakukan rezim Jokowi. Publik tahu dia merupakan satu-satunya tokoh yang berjuang melawan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pantai Indah Kapuk (PIK) -2 seluas ratusan ribu hektar di Pantai Utara Banten. PSN itu ditandatangani oleh Jokowi hanya dua hari saja setelah MK menyatakan pasangan Probowo-Gibran menang Pilpres.
Menurut Said, PSN KIP-2 itu jelas-jelas menganiaya dan menzolimi rakyat. Proyek yang ditangani oleh Aguan dari Agung Sedayu Group itu memaksa rakyat untuk menjual tanah mereka dengan harga Rp 50.000 per meter persegi. Mereka melakukan pemaksaaan lewat para calo tanah dan aparat desa. Karena itu, Said menyatakan perlu dilakukan perlawanan.
Eddy Mulyadi yang dikenal dengan kasus Jin Buang Anak di IKN. menyatakan, dia bersama enam orang teman sudah mendaftarkan gugatan perdata kepada Jokowi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan itu antara lain, meminta Pengadilan menyatakan utang luar negeri yang dibuat Jokowi semasa berkuasa tidak sah. Konsekuensinya dia harus membayar sendiri utang tersebut.
Apa yang terjadi di Al-Jazeerah Menteng itu tentu kontras dengan apa terjadi di Gedung MPR-DPR RI Senayan pada hari yang sama. Di Senayan terlangsung pelantikan anggota DPR, DPD dan MPR-RI periode 2024-2029. Acara yang monoton jauh dari dinamika rakyat. Tentu tidak akan ada agenda untuk memperbaiki nasib dan kesejahteraan rakyat.
“Sedangkan kita di sini memang berjuang untuk keadilan dan kesetaraan agar apa yang telah kita alami dalam 10 tahun ini tidak terjadi lagi di masa depan. Efektifkah perjuangan ini? Tentu akan tergantung pada sikap Prabowo setelah dilantik nanti,” kata analis politik dari UI Watch Hasril Hasan yang ikut berdesak-desakan bersama ratusan eksponen yang menuntut perubahan. (AM)