Daily News | Jakarta – Jika kontrak-kontrak besar masih lebih sering ditandatangani di Singapura daripada di Jakarta, itu berarti investor belum sepenuhnya percaya pada Indonesia. #kbanews
Maka, Anies Baswedan menegaskan bahwa negara yang maju adalah negara inklusif, sementara negara yang ekstraktif akan cenderung stagnan bahkan tumbang. Menurutnya, inklusivitas diwujudkan dengan membangun institusi yang memberikan ruang keterlibatan luas di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, inovasi, dan partisipasi publik.
“Bukan sekadar memberikan kekuasaan ekonomi dan politik kepada sekelompok kecil, atau tidak membaginya secara merata,” kata Anies saat berbicara dalam Diskusi Panel bertajuk “Menegakkan Hukum untuk Kepastian Hukum dan Keadilan” yang digelar oleh IKADIN, sebagaimana diunggah kanal YouTube Refly Harun dan dikutip oleh KBA News, Minggu, 1 Desember 2024.
Anies menyoroti pentingnya kepastian hukum sebagai fondasi utama bagi kemajuan Indonesia. Ia menegaskan bahwa investasi, yang merupakan kunci pertumbuhan ekonomi, hanya akan datang jika ada kepercayaan terhadap sistem hukum Indonesia.
“Tanpa kepercayaan, investasi tidak akan mengalir. Salah satu indikator sederhana dari kepercayaan itu adalah di mana kontrak-kontrak kerja sama ditandatangani. Jika kontrak-kontrak besar masih lebih sering ditandatangani di Singapura daripada di Jakarta, itu berarti investor belum sepenuhnya percaya pada Indonesia,” tegasnya.
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 ini kemudian mencontohkan negara-negara di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Seratus tahun lalu, negara-negara seperti Argentina dan Brasil di Amerika Selatan secara ekonomi berpotensi lebih kuat daripada Amerika Serikat. Namun, pilihan sistem yang berbeda menghasilkan perbedaan besar.
“Negara-negara di Amerika Utara memilih pola inklusif dan menata demokrasi. Dalam jangka panjang, mereka berhasil take off, sementara negara-negara di Amerika Selatan terus berkutat dengan persoalan yang belum terselesaikan hingga kini,” jelas Anies.
Anies menekankan bahwa reformasi besar membutuhkan keberanian luar biasa. Keberanian ini, menurutnya, mencakup dua hal: nyali dan pemahaman terhadap risiko.
“Saat ini, kita berada dalam situasi di mana reformasi membutuhkan keberanian ekstra, sebab banyak pihak yang akan terdampak oleh perubahan tersebut. Dibutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk melakukannya,” ujarnya.
Jika langkah ini dilakukan, lanjut Anies, Indonesia bisa memulai babak baru yang lebih baik. Reformasi yang disertai dengan kepastian hukum akan membuka pintu investasi, memperkuat perekonomian, dan membawa Indonesia ke arah yang lebih maju.
Anies menggarisbawahi bahwa menciptakan kepastian hukum adalah pekerjaan rumah bersama yang harus diterjemahkan ke seluruh lapisan pemerintahan, dari tingkat tertinggi hingga paling bawah.
“Kita butuh keberanian dari kepemimpinan politik di puncak dan implementasi nyata di semua lini. Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat membangun kepercayaan dan mewujudkan potensinya sebagai negara besar,” tutur Anies. (AM)