Daily News | Jakarta – Mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Lukas Luwarso tampak memperlihatkan gestur tubuh dan suara yang geram saat mengomentari politisasi bantuan sosial (bansos) yang dilakukan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Bansos yang dimaksud adalah bansos yang bertulisan ‘Bansos Wapres Gibran’ yang baru-baru ini diperbincangkan oleh publik.
Bansos itu pertama kali mencuat saat anak Jokowi itu mengecek lokasi banjir di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, pada Kamis, 28 November 2024. Ia memberikan bantuan dalam tas biru bertulisan ‘Bantuan Wapres’.
“Sebagai jurnalis segera saya bisa mengendus bahwa bau amis kehumasan, fufufafa, Wakil Presiden Gibran itu kan ingin sedang mencitrakan, membuat pencitraan. Maka segala sesuatu yang bersifat politik akan dibuat secara personal, sebagai proyek dia, progam dia,” kata Lukas, dikutip KBA News, dari YouTube Abraham Samad, Kamis, 12 Desember 2024.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Gibran ini adalah aneh dan tak lazim. Ia menilai, apa yang dipertontonkan oleh mantan Wali Kota Solo itu adalah sangat memalukan.
“Bagi politik nalar, itu agak aneh. Mengapa memberikan bantuan harus di label tasnya ‘bantuan wapres’, ini kan tidak lazim. Kalau saat kampanye, orang masih bisa memahami. Tapi kalau sudah jadi wapres kenapa itu harus dilakukan. Sebenarnya agak memalukan ya,” jelasnya.
“Politik dipersonalisasi menjadi diri sendiri, untuk kepentingan dia, bukan untuk kepentingan publik,” lanjutnya.
Ia menjelaskan, pada level etis, politik sebagai satu filsafat yang dulu disuarakan oleh filsuf seperti Plato dan Aristoteles, itu adalah politik untuk kepentingan masyarakat. “Jadi, tidak ada politik digunakan untuk kepentingan diri sendiri,” katanya
Ia menyampaikan, jika pola tingkah politik Gibran ini kita biarkan dan bisa bertahan lima tahun ke depan, Indonesia akan mengalami nausia. “Nausia itu perasaan mual, perasaan pening, pengin muntah,” ujarnya. (DJP)