Daily News | Jakarta – Seiring menguatnya seruan masyarakat agar Anies Baswedan mendirikan lembaga swadaya masyarakat (LSM), tekanan tidak hanya datang dari para pendukungnya, tetapi juga dari politisi dan masyarakat umum. Meningkatnya tuntutan tersebut dipandang sebagai langkah strategis untuk mengamankan masa depan politiknya, khususnya sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2029. Analis politik Adi Prayitno dari Parameter Politics menjelaskan dalam segmen YouTube berjudul “LSM Baru Anies Baswedan, Berhasilkah?” bahwa pembentukan LSM oleh Anies dapat memberikan tiga manfaat utama.
1. Mempertahankan Stamina Politik
Keuntungan pertama, menurut Adi Prayitno, adalah LSM akan membantu mempertahankan kehadiran politik Anies. Meskipun pengakuan publiknya relatif tinggi, Anies tidak dapat hanya mengandalkan penampilan media atau aktivitas media sosial untuk mempertahankan pengaruhnya. “Popularitas Anies, meskipun signifikan, tidak menjangkau seluruh Indonesia. Sekitar 40% penduduk masih memiliki akses terbatas ke media sosial atau media arus utama. Oleh karena itu, memiliki LSM akan memungkinkannya untuk membangun jaringan politik akar rumput di seluruh Indonesia, dari provinsi hingga kabupaten,” kata Prayitno.
Dengan membentuk LSM, Anies akan dapat terus terlibat dengan publik dan mengembangkan hubungan politik di luar undangan seminar atau pembaruan media sosial, memastikan visibilitas dan relevansinya yang berkelanjutan menjelang pemilihan 2029. “Tujuannya adalah untuk mempertahankan eksistensi politiknya dan mempersiapkan diri menghadapi pemilihan presiden pada tahun 2029,” kata Prayitno.
2. Menguji Penerimaan Publik
Kedua, Prayitno memandang pembentukan LSM sebagai ajang uji kekuatan politik Anies yang sebenarnya. Hal ini akan memungkinkan Anies mengukur efektivitas jaringannya, kemampuan beradaptasi, dan sejauh mana publik mendukungnya, selain sekadar angka elektoral. “LSM akan menjadi ujian untuk melihat berapa banyak orang yang benar-benar mengikuti Anies. Jika ia dapat memobilisasi pengikutnya untuk mendukung LSM, itu akan memastikan apakah popularitasnya berakar pada dukungan publik yang tulus atau sekadar mesin partai,” jelas Prayitno.
Jika Anies memang sepopuler yang diklaim pendukungnya, LSM dapat menjadi landasan untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya. “Ini adalah pemeriksaan realitas bagi Anies apakah basis dukungannya cukup kuat untuk diwujudkan dalam aksi politik yang langgeng,” imbuhnya.
LSM juga akan menjadi indikator posisi politik Anies yang sebenarnya. Meskipun elektabilitasnya mungkin tampak tinggi, kekuatannya hanya akan dipastikan jika sejumlah besar orang bergabung dengan LSM. “Jika para pengikutnya berbondong-bondong ke organisasi tersebut, maka kita akan tahu apakah popularitas politik Anies didasarkan pada potensi kepemimpinannya yang sebenarnya atau hanya karena dukungan partai yang kuat,” kata Prayitno.
3. Gerbang Menuju Partai Politik
Keuntungan ketiga, menurut Prayitno, adalah Anies berpotensi menggunakan LSM sebagai batu loncatan untuk mendirikan partai politik baru. Jika LSM tersebut memperoleh daya tarik dan keanggotaan yang cukup, pada akhirnya LSM tersebut dapat berkembang menjadi partai politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum 2029. “Jika Anies dapat memobilisasi sumber daya dan mesin politik yang cukup melalui LSM, LSM tersebut dapat menjadi partai politik yang sah, terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan kemudian maju dalam pemilihan umum,” saran Prayitno.
Transformasi dari LSM menjadi partai politik ini akan memberi Anies jalur konkret untuk menantang kandidat presiden lainnya dalam pemilihan umum mendatang. “Memiliki partai baru berdasarkan LSM-nya akan memberi Anies platform yang solid untuk bersaing dalam pemilihan presiden melawan pesaing seperti Prabowo, Gibran, atau yang lainnya pada tahun 2029,” jelasnya. LSM yang baru berdiri itu kemudian dapat menjadi penantang tangguh di arena politik, tidak hanya bersaing dengan partai politik mapan tetapi juga menjadi alternatif langsung bagi tokoh politik yang ada.
Menurut Prayitno, skenario ini merupakan pilihan rasional bagi Anies untuk membangun kehadiran politik, terutama mengingat putusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini yang mengizinkan partai mana pun, terlepas dari kehadiran mereka di parlemen, untuk mencalonkan calon presiden.
Potensi Anies dalam Perlombaan 2029
Prayitno menyoroti bahwa profil politik Anies saat ini memberinya dasar untuk bertarung dalam pemilihan presiden 2029. Latar belakangnya sebagai mantan gubernur, kredensial akademis, dan pengalaman politik memposisikannya dengan baik untuk menunjukkan penampilan yang kuat. “Anies sudah memiliki kualifikasi yang diperlukan: dia populer, berpendidikan tinggi, dan memiliki latar belakang sebagai aktivis. Dia adalah pemimpin yang berpotensi untuk menginspirasi dan memimpin di masa depan,” kata Prayitno.
Potensi pembentukan LSM, dan transformasinya menjadi partai politik, akan memberi Anies alat strategis untuk lebih membangun pengaruh politiknya. “Pada akhirnya, jika Anies membentuk partai baru dari LSM-nya, itu akan memungkinkannya untuk membuktikan bahwa kekuatan politiknya melampaui kekuatan tokoh partai yang mapan. Publik akan menilai kandidat berdasarkan kemampuan mereka, bukan hanya afiliasi partai,” pungkas Prayitno.
Tanggapan atas Ketidakpuasan Publik terhadap Partai Tradisional
Prayitno juga menyinggung tentang kekecewaan publik yang semakin meningkat terhadap partai politik tradisional, yang mungkin menciptakan peluang bagi seseorang seperti Anies untuk memanfaatkan gerakan di luar struktur partai tradisional. “Mayoritas orang Indonesia kecewa dengan pembentukan politik, dan Anies dapat menarik perhatian sebagian besar pemilih ini,” kata Prayitno.
Rasa frustrasi terhadap partai politik tradisional ini, dikombinasikan dengan dinamika perubahan lanskap politik Indonesia, memberi Anies kesempatan untuk memanfaatkan momen ini dan menciptakan gerakan yang beresonansi dengan masyarakat luas, khususnya mereka yang merasa terputus dari narasi politik arus utama.
Sebagai kesimpulan, gagasan Anies mendirikan LSM bukan hanya tentang memperluas jaringan politiknya; ini adalah strategi komprehensif untuk menguji dukungan publiknya, memperkuat posisinya untuk pemilihan presiden 2029, dan berpotensi mengubah gerakannya menjadi entitas politik yang layak. Apakah ini akan membuahkan hasil masih harus dilihat, tetapi ini menandai langkah penting dalam evolusi politiknya yang berkelanjutan. (EJP)
Discussion about this post