Daily News | Jakarta – Anies Baswedan kembali menggagas langkah inspiratif dengan rencana mendirikan organisasi nonpemerintah (ornop) berbasis karya. Langkah ini sejalan dengan visinya bahwa Indonesia tidak hanya perlu bangga dengan kekayaan alamnya, tetapi juga harus lebih bangga dengan potensi manusia Indonesia.
Pandangan Anies ini didukung oleh Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono, Guru Besar Manajemen Modal Manusia (Human Capital) yang mengajar di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dia mengutip pernyataan Anies, bahwa manusia Indonesia harus menjadi modal utama pembangunan nasional, bukan hanya dipandang sebagai sumber daya manusia.
Istilah ‘sumber daya manusia’ cenderung melihat manusia sebagai elemen yang dimanfaatkan layaknya sumber daya alam. Padahal, manusia seharusnya menjadi subjek dalam pembangunan nasional.
Prof Heru menyatakan, “Perspektif modal manusia dalam pembangunan nasional berarti memberdayakan potensi manusia sebagai subjek pembangunan,” katanya saat dihubungi KBA News pada Senin, 20 Januari 2025.
Prof Heru menegaskan bahwa manusia memiliki peran sentral dalam pembangunan melalui kecerdasan, kreativitas, dan karakter. Sinergi inilah yang menciptakan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan nasional yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Prof. Heru membedakan antara organisasi berbasis massa dan organisasi berbasis karya. Organisasi berbasis massa biasanya fokus pada mobilisasi massa untuk isu-isu tertentu, seperti kampanye, advokasi, hingga protes. Sebaliknya, organisasi berbasis karya mengutamakan pendidikan, pemberdayaan kompetensi, serta pencapaian kualitas dan prestasi individu.
“Organisasi berbasis karya memberikan dampak nyata bagi masyarakat dengan memberdayakan potensi manusia untuk berkontribusi secara langsung pada lingkungan sekitar,” ujar Prof. Heru.
Sebagai tokoh yang telah mendirikan Gerakan Indonesia Mengajar dan Gerakan TurunTangan, langkah Anies untuk mendirikan ornop baru bukanlah hal mengejutkan. Ketika ditanya apakah gerakan-gerakan sebelumnya belum cukup, Prof. Heru justru menilai langkah ini positif.
“Semakin banyak organisasi berbasis karya, semakin baik. Tujuannya adalah menghasilkan karya-karya yang memiliki dampak sosial positif bagi masyarakat,” jelas Prof. Heru.
Anies, menurut Prof. Heru, berperan sebagai inspirator yang terus memperkuat nilai-nilai solidaritas sosial untuk mendorong manusia Indonesia tetap berkarya. “Langkah ini perlu diapresiasi dan didukung, karena Anies membangun ekosistem yang menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan,” tambahnya.
Dengan wacana ini, Anies Baswedan kembali menunjukkan komitmennya untuk memberdayakan manusia Indonesia. Gagasannya mengajak masyarakat untuk berpikir lebih jauh: menjadikan manusia Indonesia sebagai subjek pembangunan dan motor penggerak perubahan untuk kesejahteraan yang berkelanjutan. (DJP)
Discussion about this post