Daily News | Jakarta – Massa yang tergabung dalam Aliansi Jogja Memanggil kembali turun ke Jalan Malioboro pada Selasa, 11 Maret 2025. Kali ini, aksi mereka berbeda dari biasanya. Bertajuk Ruwat Ruweting Penguoso Durno, massa melakukan longmarch dari Parkiran Abu Bakar Ali (ABA) hingga ke Titik Nol Kilometer dalam keheningan tanpa meneriakkan satu kata pun.
Pantauan KBA News, aksi dimulai sekitar pukul 16.30 WIB, dengan massa berjalan sambil membawa spanduk yang berisi keresahan dan tuntutan mereka. Namun, tak seperti aksi sebelumnya, kali ini perjalanan mereka benar-benar hening. Tidak ada yel-yel atau orasi selama perjalanan menuju pusat Kota Yogyakarta.
Setibanya di Titik Nol Kilometer, massa kemudian duduk melingkari mobil bak terbuka. Momen hening itu pun berubah ketika orasi mulai menggema. Aksi ini diawali dengan pembakaran dupa wewangian dan taburan bunga setaman, sebagai simbol ritual ruwatan.
Tak hanya itu, pertunjukan teatrikal juga ditampilkan, diikuti dengan pembacaan puisi oleh beberapa peserta aksi. “Kita benar-benar muak dengan rezim saat ini,” teriak Arbi, seorang orator dengan lantang.
Menurutnya, aksi ini adalah bentuk pengawalan terhadap berbagai aksi sebelumnya. Tradisi ruwatan dijadikan sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kesucian diri, terutama bagi para pemimpin, serta sebagai upaya memperbaiki kondisi yang dianggap semakin buruk.
“Ruwatan dimaknai sebagai pembersihan dan pembebasan dari bahaya yang terjadi,” ujar peserta aksi saat membacakan pernyataan sikap yang dibagikan pada sore itu.
Kritik tajam
Aliansi Jogja Memanggil menegaskan bahwa rakyat harus membersihkan diri dari pengaruh buruk rezim Prabowo-Gibran, yang mereka nilai hanya berpikir untuk memperkaya diri sendiri, koruptif, dan kerap mencelakakan rakyatnya. Salah satu kebijakan yang disoroti adalah pembentukan BPI Danantara, badan investasi BUMN yang mereka anggap bermasalah.
“Bulan suci ini kami ingin membersihkan pengaruh buruk dari seorang penguasa yang memiliki karakter seperti Durna,” kata Edi, peserta aksi yang lain.
Dalam aksi tersebut, ada beberapa tuntutan yang disuarakan yakni membubarkan Kabinet Merah Putih dan membangun sistem demokrasi kerakyatan sebagai seruan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu melawan penguasa secara terang dan tegas.
Aksi ini menambah deretan protes yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut, menunjukkan bahwa gelombang perlawanan terhadap pemerintahan terus bergulir. (DJP)
Discussion about this post