Daily News | Jakarta – Dedi Mulyadi mau ikut ikutan model Jokowi. Masyarakat sudah cerdas dan tidak mau tertipu lagi model Jokowi.
Beigutlah ketika Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dilempari atau kena timpuk massa saat menghampiri pendemo di gedung DPRD Provinsi Jawa Barat di Jl Diponegoro Bandung.
KDM begitu pria yang aktif di medsos tersebut juga diteriaki massa, “Jangan syuting dulu!…Jangan syuting dulu!”. Itu terjadi pada Jumat, 29 Agustus 2025 malam. Wajahnya juga coreng moreng.
Apa yang menimpa KDM tersebut dinilai pengamat politik dan ekonomi dari Universitas Negeri 11 Maret (UNS) Surakarta yang juga Anggota Presidium Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (AKSI) Nurmadi Harsa Sumarta.
“Apa yang dilakukan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tersebut, lebih pada kepentingan pribadi dan elektoral dia,” terang Nurmadi kepada KBA News, Minggu, 31 Agustus 2025.
Hal ini karena apa yang dilakukan Dedi Mulyadi sekarang ini persis dengan yang dilakukan Joko Widodo (Jokowi) tatkala maju sebagai Gubernur Jakarta hingga bertarung dalam dua kali Pilpres.
“Dedi Mulyadi mau ikut ikutan model Jokowi. Masyarakat sudah cerdas dan tidak mau tertipu lagi model Jokowi. Apalagi, pejabat yang memanfaatkan situasi dengan pencitraan dan demi konten yang hanya kamuflase. Rakyat menuntut keadilan, perampasan aset terhadap koruptor dan tindakan nyata,” terang Nurmadi.
Di sisi lain, saat ini, kesenjangan melebar. Di mana, rakyat ditekan dengan pajak tinggi, harga kebutuhan pokok melambung, sementara kedaulatan bangsa dijual murah kepada kepentingan modal asing. “Elite kekuasaan hanya asyik berjoget tanpa empati dan mengabaikan jeritan rakyat kecil.”
Kesadaran dan keberanian rakyat sudah di titik kulminasi. Kepercayaan rakyat terhadap penguasa dan wakilnya saat ini bisa dikatakan hampir sirna. Kebijakan lebih banyak omon omon. “Penguasa dan DPR RI sudah lupa diri, dan mementingkan diri, partai dan kelompoknya,” ujar dia.
Di tengah beban ekonomi, lapangan kerja dan himpitan hidup rakyat, bahkan mereka cenderung memperkaya diri dan hedonis. Akumulasi masalah sudah di ubun ubun, penguasa masih kurang empati dan peduli.
Para pejabat dan anggota DPR RI harus mawas diri. Kondisi politik, ekonomi dan demokrasi sudah parah dan semakin buruk. Kondisi rakyat yang sulit dengan berbagai tekanan dan beban ekonomi membuat mudah marah. Perilaku, fasilitas dan kata kata kasar mereka sudah membuat jengah dan emosi. Semakin memicu kemarahan rakyat.
Menurut Nurmadi, apalagi dengan timbulnya korban jiwa, seorang ojol meninggal akibat tergilas rantis aparat yang sadis. Menunjukkan arogansi aparat terhadap aspirasi dan tuntutan rakyat.
Dikatakan Nurmadi, rakyat menuntut ketegasan presiden agar kepala Brimob dan Kapolri segera dicopot. Bahkan sumber kesulitan ekonomi akibat membengkaknya beban hutang dari proyek proyek IKN, Kereta Cepat dan PSN. Segera adili Jokowi dan makzulkan Gibran anak haram konstitusi. (DJP)