Daily News | Jakarta – PBB forum terbaik bagi Presiden Prabowo menyuarakan prioritas dan kebijakan luar negeri Indonesia dan bergabung dengan tokoh-tokoh dunia untuk menyepakati arah perkembangan global di masa-masa mendatang.
Maka, karena sepuluh tahun Indonesia absen di Sidang Majelis Umum PBB. Tahun ini, sorotan dunia tertuju pada Presiden Prabowo Subianto yang akan tampil perdana di New York.
Diplomat senior Hazairin Pohan, dalam Podcast Panggung Belakang KBA News TV dengan host Buni Yani menegaskan momen ini harus menjadi tonggak kebangkitan diplomasi Indonesia. “Sidang Majelis Umum PBB itu panen raya diplomasi multilateral. Semua pemimpin dunia berkumpul, dan di situlah arah sejarah sering ditentukan,” katanya.
Hazairin menilai isu pertama yang layak diangkat adalah diplomasi kemanusiaan. “Dalam isu kemanusiaan, Indonesia boleh dibilang super power. Tak ada lawan,” ujarnya.
Ia mengingatkan, pengiriman bantuan ke Gaza adalah bukti nyata Indonesia tidak berhenti pada retorika. Prabowo perlu menjadikan diplomasi kemanusiaan sebagai identitas baru politik luar negeri Indonesia.
Palestina, kompas moral
Agenda kedua adalah Palestina. “Kalau Presiden Prabowo bisa mendorong Palestina menjadi anggota penuh PBB, sejarah akan mencatatnya,” tegas Hazairin.
Menurutnya, momentum kini terbuka. Sejumlah negara Barat mulai mengakui Palestina. Sebagai negara Muslim terbesar dan demokrasi besar dunia, Indonesia punya kredibilitas untuk menyuarakan amanat konstitusi: menentang penjajahan dalam segala bentuk.
Reformasi PBB, mengembalikan relevansi
Agenda ketiga, kata Hazairin, adalah reformasi PBB. “Tanpa reformasi, PBB akan kehilangan relevansi. Indonesia, India, dan Brasil layak masuk ke Dewan Keamanan, bukan untuk gaya-gayaan, tapi untuk menjamin dunia yang adil dan damai,” tandasnya.
Kredibilitas domestik
Hazairin memberi catatan kritis: diplomasi hanya akan kuat bila situasi dalam negeri tertata. “Demokrasi, hukum, lingkungan—semua harus dibenahi. Kalau tidak, pidato di PBB hanya akan terdengar indah tapi kosong,” ujarnya.
Momentum sejarah
Redaksi KBA News mencatat, tiga agenda yang diuraikan Hazairin Pohan sudah cukup untuk mengembalikan gaung Indonesia di forum dunia. Kini, tinggal bagaimana Presiden Prabowo mengartikulasikannya dengan keberanian politik.
“Kalau tiga ini bisa dijalankan, Prabowo akan dikenang bukan sekadar presiden baru, tapi sebagai negarawan yang mengembalikan suara Indonesia di forum dunia,” pungkas Hazairin. (DJP)