Daily News | Jakarta – Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Anies Baswedan mengomentari terkait pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang mengklaim tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,76 persen, angka tersebut terendah sejak krisis ekonomi 1998.
Menurutnya, pernyataan tersebut justru bertolak belakang dengan realitas di lapangan yang memperlihatkan kompleksitas lebih tinggi.
“Setahun sudah pemerintahan baru ini berjalan. Pak presiden baru saja bilang bahwa angka pengangguran terendah sejak tahun 1998. Bagus dong kalau gitu, tapi kenapa obrolan sehari-hari yang kedengarannya malah sebaliknya, susah cari kerja, lowongan seret, PHK di mana-mana,” ujar Anies dalam video yang diunggah di akun YouTube pribadinya, pada Jumat, 24 Oktober 2025.
“Lah kok bisa? Ya memang sebenarnya kita tidak bisa ya berhenti di satu angka saja di lapangan ceritanya jauh lebih kompleks,” tambahnya.
Anies bilang, jika melihat data lebih dalam ada sejumlah masalah yang terjadi. Pertama, pengangguran absolut justru naik, presentasenya memang turun tapi jumlah orang nambah karena angkatan kerjanya membesar.
Kedua, kualitas kerjanya melemah. Ia mengatakan, pekerjaan yang sifatnya part time jumlahnya nambah sementara yang full time jumlahnya berkurang.
“Nah, banyak yang dihitung itu disebut sebagai bukan pengangguran padahal mereka itu kerja part time dengan jam kerja dan penghasilan yang amat tidak layak,” ujarnya.
Selanjutnya, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuturkan mayoritas pekerja di Indonesia 60% masih pekerja informal dengan upahnya cenderung rendah, tidak punya perlindungan sosial, dan tidak punya pelindungan hukum yang cukup.
Anies juga menjelaskan tingkat pengangguran di kalangan anak muda tetap paling tinggi. Meski memiliki semangat yang tinggi, anak muda sulit mendapatkan pekerjaan. Terkahir, rata-rata upah di Indonesia naiknya sangat tipis.
“Presiden bilang inflasi kita ini 2,3% itu terendah di antara negara-negara G20, masalahnya upah kita naiknya cuman 1,8% jadi ya masih kalah sama inflasi apalagi inflasi makanannya malah justru makin tinggi,” ungkapnya.
Karena itu, pantas jika kenyataan di lapangan berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Prabowo. Ia menegaskan, pemerintah tidak perlu takut melihat realita di masyarakat dan perlu membuka data secara jujur.
“Nah kita enggak usah takut lah lihat kenyataan dengan lengkap, kalau data dibuka dengan jujur dengan lengkap maka publik juga bisa dukung langkah pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja formal yang full time yang bermartabat, kemudian melindungi pekerja informal biar bisa naik kelas, dan menyerap anak-anak muda dengan ekosistem usaha yang adil,” ucap Anies.
Mantan Rektor Universitas Paramadina itu pun meragukan kelengkapan data yang diberikan ke Prabowo.
“Jadi, ya tanggung jawab terbesar memang ada di pemerintah tapi kalau data ditampilkan hanya setengah-setengah publik juga bingung mau dukung ke mana atau jangan-jangan presiden juga tidak diberi data yang lengkap ya,” terangnya. (EJP)




























