Daily News | Jakarta – Di tengah meningkatnya frekuensi bencana alam di berbagai wilayah Indonesia, publik kini dihadapkan pada pertanyaan mendasar tentang kualitas kepemimpinan.
Bencana bukan hanya soal curah hujan tinggi dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga soal bagaimana para pemimpin hadir dan mengambil keputusan saat rakyat membutuhkan perlindungan.
Ketika penderitaan masyarakat justru dibalas dengan kelalaian dan sikap masa bodoh, kepercayaan publik pun mengalami erosi.
Ketua DPD Gerakan Rakyat Purbalingga, Surahman Suryatmaja, menilai Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan yang semakin mengkhawatirkan. Penilaian tersebut muncul setelah melihat penanganan bencana banjir besar di Sumatera yang disebut berjalan lamban dan tidak terkoordinasi dengan baik.
Menurut Surahman, kondisi ini memperlihatkan rendahnya kepekaan sebagian pemimpin terhadap penderitaan rakyat. “Ironis. Banyak pemimpin tidak memiliki sense of crisis ketika rakyatnya tertimpa musibah,” ujarnya saat dihubungi KBA News, Senin, 8 Desember 2025.
Ia mencontohkan salah satu kepala daerah di salah satu kabupaten yang terkena bencana di Sumatera, yang justru melakukan perjalanan keluar negeri saat wilayahnya sedang terdampak banjir. Surahman menilai tindakan tersebut tidak mencerminkan karakter pemimpin yang seharusnya hadir di tengah warganya saat masa sulit.
Surahman menyebut bahwa sebagian pemimpin saat ini tidak hadir karena panggilan pengabdian, melainkan karena ambisi kekuasaan. “Kepemimpinan seperti ini tidak lahir dari rasa tanggung jawab, melainkan dari haus kekuasaan. Jabatan hanya menjadi giliran, bukan tugas pengabdian,” tegasnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan tindakan pencitraan, bagi-bagi bantuan untuk kepentingan politik, hingga upaya membangun popularitas semu.
Perbandingan Penanganan Bencana Saat Anies Gubernur Jakarta
Surahman menilai lambannya penanganan banjir di Sumatera memperlihatkan hilangnya kemampuan koordinasi dalam kepemimpinan saat ini. Ia membandingkannya dengan penanganan cepat bencana banjir di Jakarta pada 2020, ketika Gubernur Anies Baswedan langsung memberikan arahan konkret sejak menit pertama bencana.
Tiga prinsip sederhana — Siaga, Tanggap, dan Galang— dijadikan pedoman agar semua unit bergerak serentak dan terukur. Seluruh petugas, organisasi kemanusiaan, relawan, dan masyarakat dilibatkan melalui koordinasi penuh untuk memastikan kebutuhan warga terpenuhi hingga pemulihan pascabencana selesai.
Surahman mengajak masyarakat untuk tidak lagi memilih pemimpin yang abai terhadap rakyat. “Saatnya kita menolak pemimpin yang lahir dari pencitraan dan pembagian bansos. Kita butuh pemimpin amanah yang memiliki tanggung jawab sejati,” pungkasnya. (EJP)



























