Daily News | Jakarta – Surat kabar Inggris, The Independent, menerbitkan laporan tentang perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang di Gaza, menyoroti rincian perang ini, yang telah digambarkan oleh badan-badan hak asasi manusia internasional sebagai perang genosida.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa 1.200 warga Israel terbunuh, sementara 250 orang ditangkap dan dipindahkan ke Jalur Gaza setelah serangan oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) pada 7 Oktober 2023.
Setelah itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melancarkan operasi militer besar-besaran di udara dan darat yang menyebabkan kehancuran total di sebagian besar wilayah Jalur Gaza
Angka-angka yang mengerikan
Sejauh ini, statistik mengkonfirmasi bahwa lebih dari 46.788 orang telah terbunuh di Gaza, satu dari empat di antaranya adalah anak-anak, dan lebih dari 110.453 orang terluka dalam berbagai tingkat keparahan, menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
Surat kabar tersebut menyoroti bahwa 1,9 juta warga Gaza terpaksa mengungsi berkali-kali di wilayah Jalur Gaza, hidup sebagai pengungsi di beberapa kamp dan menghadapi krisis kelaparan.
The Independent mengutip Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) yang mengatakan bahwa hanya 50 persen rumah sakit di Gaza yang “hanya berfungsi sebagian” dan lebih dari 12 ribu pasien harus segera meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan, banyak di antara mereka yang menderita luka bakar parah dan komplikasi akibat amputasi akibat serangan Israel.
Surat kabar tersebut menambahkan bahwa tentara Israel mengatakan telah mengebom lebih dari 40 ribu target di Gaza, tanpa merincinya, dan menuduh Hamas menggunakan warga Gaza sebagai perisai manusia.
Bencana kelaparan
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa lebih dari 8.200 roket ditembakkan ke Israel dari dalam Gaza, dan 12 ribu roket dari Lebanon, menurut sumber-sumber Israel.
Surat kabar tersebut menambahkan bahwa 1205 orang terbunuh dalam peristiwa 7 Oktober 2023, “termasuk para sandera yang ditawan”, sementara jumlah tawanan mencapai 251 orang, 94% di antaranya masih berada di Gaza, dan Israel meyakini bahwa separuhnya masih hidup.
Jumlah lokasi di pagar perbatasan antara Israel dan Gaza yang diterobos oleh ratusan pejuang Hamas selama serangan Oktober mencapai 29 lokasi.
Jumlah warga Gaza yang menghadapi “bencana kelaparan” telah melampaui 345.000 orang, katanya, seraya menambahkan bahwa lebih dari 96 persen warga Gaza menghadapi krisis pangan.
Jumlah pekerja bantuan yang terbunuh telah mencapai 371 orang, menurut sumber-sumber PBB, dan sedikitnya 160 wartawan telah terbunuh di dalam wilayah yang terkepung itu, menurut Komite untuk Melindungi Wartawan, sebuah lembaga swadaya masyarakat.
Senjata mematikan
Kantor media pemerintah di Jalur Gaza mengumumkan pada hari Rabu bahwa jumlah jurnalis Palestina yang dibunuh oleh Israel telah meningkat menjadi 205 orang.
Di Tepi Barat, jumlah warga Palestina yang terbunuh oleh Israel telah mencapai 813 orang, menurut sumber-sumber PBB yang dikutip oleh Independent.
Jumlah bom seberat 2.000 pon yang dikirim oleh AS ke Israel antara 7 Oktober 2023 dan Juni 2024 juga melampaui angka 10 ribu, bersama dengan ribuan rudal Hellfire.
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), lebih dari 658 ribu siswa tidak dapat bersekolah, dan lebih dari 88 persen lembaga pendidikan setidaknya perlu dibangun kembali.
Gerakan perlawanan Islam Hamas akhirnya sepakat untuk gencatan senjata dengan Israel. Kesepakatan gencatan senjata ini diumumkan Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani pada Rabu malam (15/1/2025).
Pada Ahad (19/1/2025) nanti, lanjut dia, gencatan senjata itu akan mulai dilaksanakan.
“Kedua belah pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang pertukaran tahanan dan sandera, dan (kami) mengumumkan gencatan senjata. Harapannya, ini akan berujung pada gencatan senjata secara permanen antara kedua belah pihak tersebut,” ujar PM Qatar Syekh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani dalam jumpa pers, seperti dilansir The Guardian, Kamis (16/1/2025).
Kesepakatan ini terwujud setelah berbulan-bulan perundingan yang terkadang berlanjut dan terkadang mundur, dan setelah ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa gencatan senjata diperlukan sebelum dia mulai menjabat pada tanggal 20 Januari 2025.
Perjanjian tersebut mencakup klausul yang mengatur perbaikan kondisi tahanan Palestina di penjara pendudukan, tetapi Israel menolak untuk membebaskan tahanan senior Palestina di penjara pendudukan.
Disepakati pula untuk membentuk komite Mesir-Qatar untuk mengawasi kembalinya para pengungsi dari Jalur Gaza selatan ke utara.
Aljazeera Kamis (16/1/2025), menjabarkan sejumlah ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak untuk diterapkan dalam 3 tahap, dimulai dari hari Ahad (19/1/2025). (HMP)
Discussion about this post