Daily News | Jakarta – Tiga pekan menjelang pemilu presiden AS yang akan digelar pada 5 November nanti, Harris meraih 45 persen suara sementara Trump mendapat dukungan 42 persen suara.
Harris mengungguli Trump lima poin, yakni 43 persen berbanding 38 persen, ketika para pemilih diminta untuk memberikan pendapat mana kandidat yang lebih baik dalam menangani ekstremisme dan ancaman terhadap demokrasi.
Sementara Trump unggul atas Harris dengan perolehan suara 45 persen berbanding 40 persen, ketika para pemilih ditanya siapa kandidat terbaik untuk masalah ekonomi, pengangguran, dan lapangan pekerjaan.
Sementara itu survei nasional, termasuk jajak pendapat Reuters/Ipsos, memberikan sinyal bahwa Harris dan Trump bersaing ketat di tujuh negara bagian “medan tempur”, yang jadi penentu hasil pemilu nanti.
Jajak pendapat yang digelar pekan ini juga memberi tanda bahwa para pemilih, khususnya pendukung Demokrat, lebih antusias dengan pemilu tahun ini dibandingkan menjelang pemilihan presiden November 2020, ketika Joe Biden mengalahkan Trump.
Sekitar 78 persen pemilih terdaftar dalam jajak pendapat Reuters mengaku sangat yakin akan memberikan suara dalam pemilihan presiden.
Meski antusiasme warga AS lebih tinggi dalam pemilu kali ini, namun belum ada satu kandidat yang lebih menonjol atau disukai mayoritas pemilih.
Kamala Harris resmi maju sebagai capres AS dari Partai Demokrat pada Juli lalu, setelah Presiden Joe Biden memutuskan mundur dari kontestasi pemilu AS.
Saat ini kedua kandidat juga masih terus melakukan kampanye di sejumlah negara bagian, untuk meraup lebih banyak suara jelang pemilu nanti. (HMP)