Daily News | Jakarta – Setelah pelantikam presiden-wapresl 20 Oktober 2024, Abraham Samad ajak massa menggeruduk KPK dan kepolisian agar segera melakukan penyelidikan terhadap Jokowi.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011–2015 Dr. Abraham Samad meminta kepada rakyat Indonesia agar tidak mudah melupakan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Joko Widodo (Jokowi). Rakyat juga diminta tidak mudah memaafkan apa yang sudah diperbuat.
Abraham berpesan seperti itu karena karakter orang Indonesia mudah melupakan dan memaafkan. “Bahwa penyakit orang Indonesia itu adalah mudah melupakan dan mudah memaafkan,” katanya acara Silaturhami Antar Tokoh dan Elemen Perubahan di Aljazera Signature Restoran & Lounge, Jakarta yang disiarkan secara live YouTube Podcast Pedjuang dikutip KBA News, Selasa, 1 Oktober 2024.
Oleh karena itu, kata dia, semua yang hadir di acara ini untuk saling mengingatkan. “Saya khawatir, bahwa setelah tanggal 20 Oktober nanti, ternyata kita, khususnya yang ada di ruangan ini, tiba-tiba lupa terhadap dugaan kejahatan yang dilakukan oleh Jokowi. Jangan lupa, ya,” ungkapnya.
Alumnus S1 hingga S3 bidang hukum di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin ini meminta masyarakat, khususnya peserta silaturahmi agar tidak lupa pasca Jokowi lengser. “Kita harus konsisten menyatakan bahwa setelah Jokowi berhenti pada 20 Oktober, 2-3 hari setelah itu, kita ramai-ramai datang ke KPK dan kepolisian,” ungkapnya.
“Kita mengingatkan aparat penegak hukum untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus yang dilakukan Jokowi dan keluarganya,” imbuhnya.
Abraham mengungkapkan, jika dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Jokowi tidak ditindaklanjuti di ranah hukum, maka akan menjadi preseden buruk. “Kita tahu persis, apabila Jokowi tidak diadili, maka saya sangat yakin bahwa presiden-presiden selanjutnya akan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum seperti yang dilakukan Jokowi,” tegasnya.
“Saya mengingatkan kepada semua, bahwa setelah tanggal 20 Oktober 2024, mari kita geruduk KPK dan kepolisian untuk segera melakukan penyelidikan terhadap Jokowi,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Abraham juga menyoroti kasus premanisme yang dialami Forum Tanah Air (FTA) beberapa waktu lalu. Acara yang digelar di Alzeera tidak boleh dibubarkan secara paksa eperti yang terjadi di Kemang.
“Saya bilang Faizal Assegaf (inisiator acara), sampaikan ke Al Jazeera, jika acara ini kembali diintervensi preman dan meminta acara dibubarkan, kita harus tegaskan bahwa tidak akan membubarkan acara. Acara harus terus dilanjutkan,” tegasnya.
Abraham mengaku kecewa dan prihatin kejadian di Kemang. “Saya kecewa karena pengelola hotelnya penakut. Ketika diminta menghentikan acara, pengelola bersedia menghentikan. Itulah yang terjadi,” ungkapnya.
Menurut dia, hal tersebut tidak perlu terjadi jika pengelola hotel punya keberanian. “Jika berani, kejadian premanisme di Kemang tidak terjadi,” ujarnya.
(AM)