Daily News | Jakarta – Jangan lagi ada kesan Prabowo tunduk dan patuh kepada yang digantikannya. Bekerjalah dengan intensitas tinggi berkhidmat jalankan UUD 45 sesuai arahan founding father, bukan dengan memuja pendahulu yang terbukti banyak menyusahkan rakyat itu. #KBANews.
Maka, wafatnya Affan Kurniawan (21) pada peristiwa unjukrasa di Pejompoan Jakarta Pusat yang terlindas oleh kendaraan taktis (Ramtis) Brimob jenis Baracuda menunjukkan pola penanganan kerusuhan yang dianut oleh Polisi belum berubah. Terlihat jelas ada jejak kekerasan aparat kepolisian dalam mitigasi aksi massa.
Aktivis politik yang juga Eksponen Angkatan Reformasi 98 Andrianto Andri menyatakan hal itu kepada KBA News, Sabtu, 30 Agustus 2025 menyikapi peristiwa terlindasnya pengemudi Ojek Online itu dalam kerusuhan yang bermula pada unjuk rasa masyarakat di gedung DPR-RI Jalan Gatot Subroto, Jakpus, 28 Agustus malam. Affan yang bukan seorang demonstran tetapi pemuda yang sedang bekerja mengantar pesanan pelanggan. Dia terlindas Rantis Brimob. Sempat dilarikan ke RSCM tetapi nyawanya tidak tertolong.
Pemuda sulung lajang yang tingal bersama ibu- bapak di rumah kontrak bersama empat adiknya itu menghembuskan napas terakhir di rumah sakit, Dia merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Karena itu, kepergian yang mendadak itu menimbulkan luka dan kesedihan mendalam bagi keluarga, terutama bagi ibunya.
“Akhirnya yang kita khwatirkan terjadi, telah wafat Affan Kurniawan sang Pengemudi Ojol. Jelas sekali budaya kekerasan polisi di era Jokowi masih belum berubah. Mereka menjadi monster pembunuh. Ingatan wafatnya rakyat saat Aksi Penolakan RUU KPK, Tragedi Bawaslu , UU Omnibuslaw dan lain-lain. Bahkan terjadi Unlawfull kiling (Pembunuhan melawan hukum) oleh aparat di km 50 terhadap pengawal Habib Rizieq Shihab,” kata mantan Ketua Umum Humanika, lembaga yang konsen pada pengembangan demokrasi dan hak-hal sipil itu.
Salan satu penyebab dari itu semua, katanya, kita tahu Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ini sudah terlalu lama menjabat di posisi itu. Dia dilantik oleh Jokowi pada 21 Januari 2021, sampai saat ini sudah lebih dari lima tahun duduk di kursi empuk itu. Padahal normalnya Kapolri itu cukup dua-tiga tahun saja. Akibatnya tidak terjadi penyegaran dan regenerasi di tubuh Polri.
Penyegaran memang penting dan diperlukan untuk posisi Kapolri yang bekerja dalam suasana penuh tekanan (ful stressing). Presiden Prabowo harus menyadari itu. Dia tidak boleh pura-pura tidak tahu akan masalah di tubuh Polri yang regenerasinya mandeg itu. Orang-orang bertanya-tanya dalam heran mengapa dia tidak kunjung mengganti Kapolri.
Ubah paradigma baru
“Kini saatnya Polri berbenah, jangan lagi memakai paradigma lama era Jokowi yang melihat massa aksi itu musuh yang harus ditumpas. Apalagi kini Rakyat benar benar susah. Kehidupan yang tidak baik itu membuat mereka merasa bahwa pemerintah tidak berbuat apapun untuk menyelesaikan masalah mereka terutama dalam bidang pekerjaan dan kebutuhan pokok. Karena itu mereka protes. Polri malah diperintahkan untuk bersikap keras kepada mereka,” kata Andri.
.Ditambahkan, kini Pemerintahan Prabowo yang menanggung beban atas kelakuan dan tindakan refresif Jokowi itu, sayangnya sensitifitas tidak terjadi. Rakyat, tambahnya, merasa heran, kenapa Prabowo masih membiarkan orang-orang Jokowi berkuasa di pemerintahannya. Kini waktunya dia lakukan Radikal Break yakni memutus hubungan masa lalu yang destruktif.
“Prabowo jangan lagi menerima laporan Asal Bapak Senang (ABS) dari orang-orang Jokowi yang sekarang masih mendominasi pemerintahannya. Apalagi banyak yang memberikan laporan yang tidak sesuai faktualnya. Laporan-laporan seperti itu tidak saja meninabobokan tetapi juga mendown-grade Prabowo sebagai pemimpin yang tidak berkualitas dan peka atas penderitaan rakyat,” katanya lagi.
Sudah saatnya Prabowo mengambil tindakan bebas yang jauh dari pengaruh Jokowi. Dia harus segera membenahi Kabinet terutama Bidang Keamanan yang lebih bertindak persuasif dan mempertimbangkan halk azasi manusia. Dia juga harus membenahi Team Ekonomi yang merupakan bagian masa lalu dan terbukti gagal untuk menyejahterakan rakyat.
“Segera ganti aparat hukum mulai Kapolri yang jelas terindikasi loyalis lama, juga perlu pergantian Panglima TNI dan Jaksa Agung yang semuanya adalah warisan rezim sebelumnya. Rasanya baru zaman Prabowo ini, Presiden yang tidak mengganti ketiga jabatan vital itu padahal rezim lama sudah hampir setahun lengser,” katanya berseloroh. .
Dia berharap, cukuplah puja puji Prabowo kepada Sang penguasa lama itu. Jangan lagi ada kesan dia tunduk dan patuh kepada yang digantikannya. Bekerjalah dengan intensitas tinggi berkhidmat jalankan UUD 45 sesuai arahan founding father, bukan dengan memuja pendahulu yang terbukti banyak menyusahkan rakyat itu. (DJP)