Daily News | Jakarta – Menurut , Anies Baswedan, yang menyebabkan penurunan demokrasi di Indonesia bukan anak muda atau Generasi Z melainkan generasi sebelumnya yang memberikan citra buruk pada politik di Indonesia.
MantN Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, ITU berbagi pandangannya soal anak-anak muda yang kerap dipandang apatis pada politik.
Hal itu disampaikan Anies dalam orasi ilmiah dengan tema ‘Membangun Sinergitas Kolaborasi yang Inklusif: Peran Pendidikan Tinggi dalam Membangun Karakter Bangsa yang Berkontribusi Nyata’ yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (FISIP Unpad), Jatinangor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
“Pertanyaan yang mendasar adalah apakah memang anak muda kita apatis? Rasanya bukan anak muda apatis tapi mereka tumbuh di dunia yang lelah,” ujar Anies seperti dikutip KBA News di Instagram pribadinya, Jumat, 17 Oktober 2025.
Anies mengatakan, sering kali masyarakat menyalahkan anak muda atas ketidakpeduliannya terhadap politik, tidak peka terhadap isu yang terjadi di masyarakat, dan gagal mendorong perubahan.
Menurutnya, yang menyebabkan penurunan demokrasi di Indonesia bukan anak muda atau Generasi Z melainkan generasi sebelumnya yang memberikan citra buruk pada politik di Indonesia.
“Yang menyebabkan penurunan demokrasi itu siapa, memang Gen Z? bukan. Yang menurunkan demokrasi itu siapa ya generasi sebelumnya. Anak muda ini tumbuh dalam sistem yang sudah kehilangan teladan moral,” tegasnya.
“Tiap hari anak-anak muda menyaksikan politik bukan sebagai ruang gagasan tapi ruang transaksi dan ruang atraksi. Tiap hari anak-anak muda dipertontonkan dengan hukum yang diatur oleh kekuasaan, bukan kekuasaan yang diatur oleh hukum, bukan kekuasaan yang diatur dengan nilai kebenaran” tambahnya.
Dia menilai, jika hari ini anak muda lebih sibuk dengan aktivitas di layar ponsel daripada orasi di hadapan publik itu karena media sosial memberikan ruang bagi anak muda untuk berekspresi.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menegaskan, demokrasi rusak bukan karena sikap apatis dari anak muda melainkan elit politik yang berusaha melanggengkan kekuasaan.
“Demokrasi rusak bukan oleh anak muda yang diam, tapi oleh orang tua yang tak tahu malu. Yang merusak demokrasi itu bukan anak muda yang cuek, tapi elite yang memelintir hukum untuk melanggengkan kekuasaan,” paparnya.
Lebih lanjut, Anies menuturkan, demokrasi tidak akan runtuh karena mahasiswa tidak turun ke jalan tapi karena lembaga-lembaga negara seakan berhenti menegakkan keadilan.
Dia lantas menyoroti soal anak muda yang tidak diberi kesempatan di panggung politik. Banyak pihak yang tidak mau turun dari bangku kekuasaannya.
“Sebagai analogi, bila ini adalah kapal yang mengalami kebocoran maka jangan menuntut anak muda untuk menambal kapal yang bocor di saat yang tua yang berkuasa tetap mengebor dan membuat lubang-lubang di kapal itu,” tuturnya.
Karena itu, alumnus Universitas Gadjah Mada itu meminta agar tidak menuntut anak muda memperbaiki demokrasi tanpa diberi ruang.
“Memiliki harapan kepada Generasi Z itu penting karena mereka masa depan, tetapi tidak adil kalau menuntut mereka mengoreksi kekuasaan, memperbaiki kerusakan yang dibuat oleh generasi sebelumnya tanpa diberi ruang, tanpa diberi teladan,” pungkasnya. (EJP)



























