Daily News | Jakarta – Pilgub Jakarta 2024 menjadi salah satu peristiwa politik yang menyita perhatian publik, bukan hanya di level lokal tetapi juga nasional. Dalam percaturan politik yang kompleks ini, berbagai faktor menjadi penentu kemenangan pasangan Pramono-Rano Karno, termasuk peran sentral Anies Baswedan dan respons masyarakat Jakarta terhadap dinamika politik yang ada.
Muhammad Husnil, S.S.I., atau yang akrab disapa Gus Husnil, menyoroti atmosfer politik yang lesu saat Anies Baswedan tidak dapat maju dalam Pilgub Jakarta 2024. “Dalam politik, kita harus rasional dan realistis. Tidak boleh hanya mengutuk atau pasrah tanpa bertindak,” ungkapnya dalam podcast Obrolan Waras yang tayang di kanal YouTube Bambang Widjojanto dikutip KBA News, Senin, 16 Desember 2024.
Menurut Gus Husnil, kehadiran pasangan calon (paslon) yang didukung hampir semua partai politik besar menjadi indikasi ketidakadilan. Hal ini justru memantik momentum perlawanan dari warga Jakarta, yang merasa ada ketimpangan dalam proses politik.
Meskipun tidak ikut serta sebagai calon, Anies memainkan peran strategis di balik layar dengan memberikan dukungan pada detik-detik terakhir kepada pasangan Pramono-Doel. Langkah ini, menurut Husnil, memberikan dampak signifikan.
“Bahkan Mardani Ali Sera mengakui efek Anies besar. Dia menyesal Anies tidak netral. Ya tidak mungkin Pak Anies netral karena Pak Anies seorang demokrat sejati, tahu teori demokrasi sehingga harus mengambil posisi. Pilihan Anies mendukung Pramono-Doel adalah langkah yang sangat menentukan,” jelas Gus Husnil.
Salah satu faktor penting lainnya adalah kekecewaan mayoritas publik terhadap ketidakmampuan Anies untuk maju. Namun, kekecewaan ini berubah menjadi harapan baru ketika mereka melihat sosok Pramono yang dianggap bersih dari jejak digital negatif dan mampu diterima oleh berbagai kalangan.
“Publik Jakarta melihat pasangan Pramono-Doel sebagai simbol perlawanan terhadap koalisi besar yang dianggap menzalimi Anies. Dukungan Anies juga memberikan keyakinan bahwa mereka adalah pasangan yang layak,” tambah Husnil.
Kelompok yang disebut “Anak Abah” atau pendukung Anies Baswedan, turut berkontribusi dalam kemenangan ini. Kelompok ini, yang kecewa terhadap koalisi besar, secara realistis memilih mendukung Pramono-Doel dibandingkan RK-Suswono, yang dianggap merepresentasikan kubu koalisi besar.
“Pilihan ini rasional. Mereka mengikuti langkah Anies yang mendukung Pramono-Doel. Mustahil mereka mendukung paslon yang menjadi simbol koalisi besar yang menzalimi Anies,” jelasnya.
Gus Husnil juga mengungkapkan menariknya hasil exit poll yang menunjukkan pemilih PKS terpecah. Sebanyak 38 persen mendukung RK-Suswono, sementara 34 persen mendukung Pramono-Doel.
“Ini menunjukkan pengaruh Anies masih sangat kuat di mata pemilih PKS. Meski partai tampak tidak solid, mayoritas pendukung Anies tetap mendukung Pramono-Doel,” katanya. (AM)