Daily News | Jakarta – Teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), seharusnya menjadi asisten pribadi (khadam) yang membantu guru dan santri dalam proses belajar, bukan menggantikan manusia.
Anies Rasyid Baswedan menyerukan pentingnya transformasi dan modernisasi pendidikan pesantren agar dapat mencetak santri yang mampu menjadi pemimpin umat sekaligus berkiprah di kancah global. Pesan itu disampaikan dalam Seminar Kebangsaan bertajuk “Dari Pesantren ke Panggung Dunia” yang menjadi bagian dari International Islamic Education Fair (IIEF) 2025 di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu, 11 Oktober 2025.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Forum Ma’ahid dan Madaris Quran Indonesia (Formakin) dan turut menghadirkan Ustaz Umarulfaruq Abubakar, Al-Hafidz, sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Anies menegaskan bahwa tantangan utama dalam perubahan sektor pendidikan bukan terletak pada gagasan, tetapi pada eksekusi dan kemauan untuk meninggalkan cara lama yang tidak relevan. “Anak kita abad 21, gurunya abad 20, ruang kelasnya abad 19,” ujar Anies dalam siaran YouTube yang diunggah SOBAT ANIES dikutip KBA News, Selasa, 14 Oktober 2025
Kondisi tersebut menggambarkan kesenjangan zaman yang harus segera dijembatani melalui pembaruan kapasitas pendidik.
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 ini memaparkan empat aspek penting yang perlu disuntikkan dalam tradisi kuat pesantren agar mampu berorientasi global. Pertama, kemampuan berpikir kritis, yang menjadi benteng terhadap hoaks, narasi dogmatis, dan ekstremisme. Kedua, penguasaan teknologi digital.
“Teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), seharusnya menjadi asisten pribadi (khadam) yang membantu guru dan santri dalam proses belajar, bukan menggantikan manusia,” tegas Anies.
Dua aspek lainnya adalah orientasi menyelesaikan masalah dan wawasan global. Menurut Anies, kurikulum pesantren harus melatih santri untuk mampu mengidentifikasi masalah serta menciptakan solusi agar siap menghadapi tantangan masa depan. Sementara wawasan global diperlukan agar santri memiliki mindset berkarya di tingkat internasional.
Anies juga mengingatkan tren urbanisasi yang akan membuat 75 persen penduduk Indonesia tinggal di kota pada tahun 2050. Karena itu, pendidikan pesantren perlu menyiapkan santri dengan keterampilan dan mentalitas yang relevan untuk kehidupan urban modern tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman.
“Sejarah peradaban Islam selalu tumbuh di kota, seperti Madinah. Maka pesantren juga harus melatih santri agar tidak anti terhadap teknologi, tetapi memiliki imunitas dan sensor mandiri terhadap konten negatif,” tuturnya. (EJP)