Daily News | Jakarta – Anies Baswedan sedang mempertimbangkan pembentukan wadah baru guna menampung gerakan perubahan agar tetap tumbuh dan berkembang. Wadah ini digadang-gadang menjadi ruang aspirasi warga untuk berbagai hal yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejauh ini, bentuknya masih dipertimbangkan, apakah organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik. Namun, yang pasti, agar organisasi ini dapat tumbuh dan berkembang, setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan.
Aktivis Sosial Iskundarti Adnan Mansyur mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, harus ada landasan yang kuat dalam organisasi. Pertama, adalah komitmen perjuangan dalam organisasi. Anggota harus memiliki komitmen tinggi terhadap perjuangan yang dilakukan oleh organisasi, baik dalam bidang politik maupun fokus lainnya.
“Komitmen ini seperti janji pada diri sendiri bahwa seseorang akan berjuang sepenuh hati dalam organisasi ini,” katanya saat dihubungi KBA News, Senin, 28 Oktober 2024.
Landasan kedua adalah rasa saling mempercayai dan menghargai satu sama lain, terutama karena organisasi yang dibentuk merupakan lembaga nirlaba atau tidak mengejar profit. “Dalam organisasi nirlaba, seperti ormas, anggota bekerja secara sukarela. Relawan harus saling menghargai tanpa merasa lebih dari yang lain, meskipun mungkin jabatannya di organisasi itu lebih tinggi,” jelasnya.
Ketua OKK Forum Tanah Air (FTA) ini menegaskan bahwa mereka yang berada di posisi atas tetap harus menghargai masukan dari anggota di posisi lebih rendah. Apakah masukan itu akan diterapkan atau tidak, tergantung pada kesepakatan kolektif organisasi yang membahasnya. “Saling menghargai dan mempercayai adalah faktor penting. Tidak boleh ada yang merasa lebih pintar, lebih berkuasa, atau lebih mampu,” jelasnya.
“Mereka yang lebih mampu tetap harus menghargai yang lain, sehingga tercipta suasana saling menghormati, atau dalam bahasa Jawa disebut nguwongke,” imbuh Iskundarti.
Ia mencontohkan bahwa sebagai Ketua OKK Forum Tanah Air, dirinya memiliki anggota yang terdiri dari para tokoh, senior gerakan, bahkan pimpinan partai. Walaupun secara organisasi (Forum Tanah Air) mereka berada di bawahnya, kemampuan mereka jauh lebih tinggi. Sebagai ketua bidang, ia tetap menghormati mereka.
“Prinsipnya adalah bisa menempatkan diri, meski berada di atas mereka dalam organisasi, tetap menghargai mereka. Hal inilah yang membuat anggota menjadi respek,” ungkapnya.
Iskundarti mengungkapkan bahwa landasan ketiga yang perlu dijunjung adalah menjaga kebersamaan antaranggota. Menurutnya, jika tidak ada kebersamaan, terutama dalam organisasi nirlaba, satu per satu anggota akan mundur. Ada yang merasa tidak dihargai dan memilih untuk mundur. “Kalau pun tidak mundur, semangatnya akan melemah,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kebersamaan ini penting untuk saling menumbuhkan semangat antaranggota, terutama bagi ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota lainnya.
“Meskipun organisasi ini nirlaba dan tidak mengikat, ketua tetap memiliki peran penting dalam menjaga kekompakan dan semangat. Selain itu, ketua juga harus pandai memotivasi anggota,” paparnya.
Relawan tidak sabar
Relawan Anies Baswedan pada Pilpres 2024 kemarin di berbagai daerah mendukung penuh soal rencana Anies Baswedan akan mendirikan partai politik. Mereka pun kini sudah tidak sabar menunggu mantan capres nomor urut 1 itu untuk segera membentuk partai dan sekaligus mendeklarasikannya.
Hal itu misalnya disampaikan relawan Jaringan Anies Rasyid Baswedan Pendukung Perubahan (Jas Biru) Wonogiri, Jawa Tengah, Bagus Sarengat kepada, KBA News Senin, 28 Oktober 2204.
“Banyak yang menunggu, misalnya (masyarakat) di kampung-kampung bahkan ada yang di luar Jawa juga tanya ke saya (soal kepastian Anies mendirikan partai). Saya tidak bisa jawab apa-apa. Tapi yang jelas kalau misalnya Anies membuat partai, saya sangat mendukung. Saya menyambut baik,” tegasnya.
“Karena kemarin langkah-langkahnya terutama ketika menjabat gubernur relatif bersih, tidak mudah terpengaruh, punya independensi dan ideologi politik maupun agama yang kuat. Dia memiliki karakter pemimpin yang kuat. Keluarganya bagus,” sambungnya.
Dia menegaskan Anies memang sebaiknya mendirikan partai sebagai kendaraan politiknya agar bisa maju kembali pada pilpres berikutnya. Dengan demikian, Anies bisa lebih leluasa dalam menentukan langkah politiknya nanti. “Harus punya partai atau kendaraan sendiri. Karena akan lebih mudah, lebih fleksibel (untuk bergerak),” katanya.
Di samping akan terbelenggu kalau maju lewat partai lain, Anies juga akan mudah dipermainkan lawan-lawan politiknya karena tidak memiliki daya tawar yang kuat. Terlebih menurutnya, partai-partai yang ada saat ini juga tidak ada yang bisa diharapkan untuk mendukung agenda-agenda perubahan. Karena semua partai pragmatis.
“Partai yang ada selama ini, terutama yang memiliki kursi (di DPR RI), ideologinya kurang bagus, kurang kuat, kurang mantap, dan mudah terpengaruh dengan situasi dan kondisi pemerintah, baik yang berkuasa sekarang atau pengalaman dengan pemerintah yang kemarin-kemarin,” jelasnya.
Meski demikian, dia tidak menampik partai yang akan dibentuk Anies ini tidak akan bisa mengusungnya pada Pilpres 2029 mendatang kalau tidak ada perubahan sejumlah regulasi. Misalnya partai baru bisa mencalonkan dan presidential threshold (ambang batas pencalonan presiden) diturunkan bahkan menjadi 0 persen.
“Atau sekalian misalnya dibuka (pencalonan presiden) dari jalur independen,” ucapnya.
Terlepas dari harapan adanya perubahan regulasi tersebut, dia mendorong, Anies segera membentuk partai agar persiapan menghadapi pemilu berikutnya bisa dilakukan sejak saat ini. Sehingga persiapannya menjadi matang. “Karena kalau secara struktur organisasinya masif, itu akan lebih mantap lagi,” demikian Bagus Sarengat. (HMP)