Daily News | Jakarta – Azmi Basyarahil, seorang anak dari pemilik usaha percetakan dan penerbitan Gema Insani, mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Anies Baswedan. Dalam Podcast Pedjuang!, Azmi menceritakan perjalanan panjangnya mengenal dan mengidolakan Anies sejak 2006, ketika dirinya masih berstatus siswa SMA di Depok.
“Dulu saya adalah anak Abah, tapi lebih banyak di luar pagar karena kesibukan bisnis. Sekarang, saya bisa lebih intens mengikuti Anies Baswedan,” ujarnya dalam podcast seperti dikutip KBA News, Minggu, 2 Maret 2025.
Pertemuan Pertama dengan Anies Baswedan
Pertemuan pertama Azmi dengan Anies terjadi dalam sebuah pelatihan di Bogor pada 2006. Saat itu, Anies baru kembali dari studi doktoralnya di Amerika Serikat dan belum dikenal luas. Azmi, yang saat itu masih remaja, terkesima dengan wawasan global dan keberanian Anies dalam menyuarakan gagasan.
“Saya melihat ada integritas dalam diri Anies Baswedan. Bagi saya, integritas bukan sekadar kejujuran, tetapi juga keselarasan antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan secara konsisten. Itu bisa dilihat dari rekam jejaknya,” tutur alumni Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (FE UGM) ini.
Dalam pelatihan tersebut, Azmi juga bertemu dengan Sammy, yang kini menjadi juru bicara Anies. Selama tiga hari dua malam, mereka berada dalam forum bersama Anies, yang kala itu mengajarkan pentingnya kepemimpinan berbasis wawasan dan keberanian intelektual.
Perjalanan Akademik
Berkat inspirasi dari Anies, Azmi terus berjuang dalam dunia akademik meskipun menghadapi berbagai tantangan. Bahkan, kesempatan terakhirnya masuk UGM juga didorong oleh motivasi untuk meneladani sosok Anies.
“Saat pelatihan tahun 2006, Anies menekankan bahwa kami harus bisa masuk ke kampus favorit dan mengisinya dengan kepemimpinan. Akhirnya, saya pun masuk ke BEM kampus dan universitas,” ungkapnya.
Sebagai Ketua BEM FE UGM, Azmi turut mengangkat isu kemiskinan di Yogyakarta, yang menurutnya memiliki tingkat ketimpangan cukup tinggi. Langkah ini selaras dengan gagasan Anies yang selalu memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
Melawan Ketimpangan Sosial
Azmi mengingat bagaimana Anies sejak dulu sudah menunjukkan keberanian dalam memperjuangkan isu-isu sosial. Salah satu contohnya adalah riset advokasi tata niaga cengkeh pada 1992, di mana Anies, bersama Elan Satriawan, Rimawan Pradityo, dan lainnya, mengkritisi kebijakan yang merugikan petani.
“Saat itu, Soeharto masih berkuasa, tetapi Anies dan timnya berani menyusun kajian ilmiah sebagai bentuk perlawanan berbasis data, bukan sekadar demonstrasi,” kata Azmi.
Menurutnya, visi Anies sangat jelas—untuk mengubah keadaan, seseorang harus berada dalam posisi pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, Anies memilih S3 untuk mendalami kebijakan publik agar bisa memberikan dampak nyata bagi masyarakat luas.
Konsistensi dan berintegritas
Bagi Azmi, mengenal Anies sejak 2006 hingga kini telah memperkuat keyakinannya bahwa sosok ini memiliki misi yang konsisten, yaitu membela kaum tertindas, memperjuangkan keadilan sosial, dan memastikan kesejahteraan merata.
“Lingkaran Anies adalah kalangan progresif yang berani melawan kesewenang-wenangan penguasa dengan solusi berbasis kajian ilmiah. Itulah yang membuat saya semakin yakin dengan beliau,” pungkasnya.
Melalui perjalanan akademik dan aktivismenya, Azmi Basyarahil terus berjuang mengikuti jejak Anies dalam mengedepankan kepemimpinan yang berintegritas dan berorientasi pada perubahan sosial yang lebih adil. (DJP)
Discussion about this post