Daily News | Jakarta – Perlu semua pihak mengingatkan, jika sekarang masyarakat terlihat kembali diam anteng, bukan berarti mereka melupakan pengeluaran biaya jor-joran DPR. Itu semua direkam. Dan kita tidak tahu kapan akan membuncah menjadi aksi sosial.
Begitulah, pengamat politik dari Lima Institute, Ray Rangkuti, mengatakan sampai saat ini tampak anggota DPR seperti tidak pernah insaf. Mereka terus saja mengotak-atik anggaran.
“Setelah peristiwa rusuh 27-30 Agustus lalu, ternyata tidak juga membuat para anggota DPR dengan sepenuhnya introspeksi diri. Insyaf mereka ternyata anya sesaat. Kini, mulai lagi kumat,’’ kata Ray Rangkuti kepada KBA News, Selasa siang 14 Oktober 2025.
Penolakan itu, terlihat ketika DPR tetap saja meminta kenaikan anggaran dengan berbagai alasan, mulai dari indeks kinerja hingga titik reses yang makin meningkat. Mereka terlihat begitu memaksakannya.
‘’Mereka tetap memaksakan di tengah minimnya laporan pertanggungjawaban dana reses anggota DPR yang transparan. Maka kenaikan anggaran untuk titik dan indeks reses itu sulit dipastikan berlangsung. Apakah benar semua titik dikunjungi? Apakah benar semua titik berlangsung reses? Apakah benar terjadi penyerapan aspirasi masyarakat di semua titik yang dimaksud? Kalau ia, mohon tunjukan di mana masyarakat dapat laporannya,’’ tegas Ray.
Perlu semua pihak mengingatkan, jika sekarang masyarakat terlihat kembali diam anteng, bukan berarti mereka melupakan pengeluaran biaya jor-joran DPR. Itu semua direkam. Dan kita tidak tahu kapan akan membuncah menjadi aksi sosial.
“Cukuplah peristiwa 27-30 Agustus lalu menjadi sejarah kelam legislatif. Sepanjang sejarah, baru kali ini, kantor legislatif nasional dan daerah bahkan dibakar massa.”
”Kala terjadi pembakaran, perusakan dan sebagainya yang menimpa gedung-gedung legislatif, rakyat juga yang jadi korbannya. Tercatat ada 945 orang sekarang ditahan oleh polisi karena delik kerusuhan. Apakah anggota DPR tidak kasihan terhadap hampir 1000an orang anak-anak muda potensial republik ini berada dibalik jeruji besi polisi. Mestinya, mereka bertanggungjawab juga. Namun kini, mereka tetap saja tidak menjadikan peristiwa 27-30 Agustus itu sebagai pelajaran,’’ tandas Ray Rangkuti. (DJP)