Daily News | Jakarta – Akademisi UNJ sekaligus aktivis 98 Ubaidilah Badrun buka suara usai dicopot oleh UNJ dari jabatannya sebagai Ketua Departemen Sosiologi.
Dugaannya, pencopotan yang dilakukan oleh Rektor UNJ tersebut karena Ubaidilah Badrun sering mengkritik mantan Presiden Indonesia, Jokowi dan keluarganya.
“Jadi sebetulnya yang terjadi itu adalah memang saya diberhentikan. Cuma proses pemberentian itu memang dipenuhi tanda tanya,” katanya dikutip KBA News, dari YouTube Politika Research & Consulting (PRC), Senin, 10 Februari 2025.
Awalnya, kata dia, Dekan Sosiologi akan mempertahankan dirinya karena hasil kinerjanya sangat bagus. Tetapi, Rektor UNJ tak suka pada Ubaidilah Badrun.
“Beliau (Dekan Sosiologi) mengatakan sudah memperjuangkan saya untuk dipertahankan, tapi rektor tetap menolak untuk saya memimpin departemen, alasanya tidak di jelaskan,” jelasnya.
“Padahal dekan sudah memperjuangkan dengan sejumlah kinerja saya yang dinilai objektif oleh dekan, cukup membanggakan dekan. Karena dalam waktu setahun lebih, sejumlah prestasi diraih, tentu ini kerja bareng dari temen-temen tim saya, sama dosen – dosen di prodi. Karena kita bisa mencapai target akreditasi Internasional, kemudian prestasi Internasional mahasiswa juga diperoleh dalam waktu 1 tahun,” katanya.
Menurutnya, proses dan pencapaian itu tidak mudah. Namun, Rektor UNJ tetap tidak ingin dirinya kembali menjabat.
“Lalu saya kan banyak temen-temen di kampus, ternyata informasinya memang sejak saya intensi semakin tinggi itu, saya mengkritisi (Jokowi), (saya) selalu jadi bahan pembicaraan di elite kampus (UNJ),” katanya.
“Terakhir saya ke KPK (melaporkan Jokowi), rupanya kemudian informasi yang saya peroleh, rektor memang tidak nyaman dengan sikap-sikap saya,” ujarnya.
Diketahui, pada Selasa, 7 Januari 2025, Ubaidilah Badrun ke gedung KPK di Jakarta Selatan. Ia mendesak KPK untuk mengusut dugaan tindak pidana korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan Jokowi dan keluarganya. (AM)