Daily News | Jakarta – Ketika seorang anak belajar tentang pentingnya menjaga bumi sejak usia dini, maka ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan
Maka, dalam video YouTube berjudul “Uniknya Kuliah Anies di UNIKU” yang diunggah pada Rabu, 11 Juni 2025, tokoh nasional Anies Rasyid Baswedan menyoroti pentingnya membangun kesadaran lingkungan sejak usia dini melalui dunia pendidikan.
Salah satu poin penting yang disampaikan Anies adalah pengalamannya membangun sekolah berkonsep Net Zero Emission saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
“Kami pilih membangun sekolah net zero agar anak-anak SD sejak dini punya kesadaran lingkungan,” ujar Anies dalam kuliah umum yang diselenggarakan di Universitas Kuningan (UNIKU), Jawa Barat.
Pernyataan ini mendapatkan tanggapan positif dari Ahmad Soleh, seorang penerima beasiswa LPDP Magister Pendidikan Biologi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) periode 2023–2025.
Dalam wawancaranya bersama KBA News pada Kamis, 12 Juni 2025, Ahmad yang kini juga bekerja di Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag), menegaskan bahwa integrasi nilai-nilai ekologi dalam pendidikan adalah langkah visioner yang harus dilanjutkan dan diperluas secara nasional.
“Pak Anies memahami bahwa perubahan perilaku masyarakat terhadap lingkungan dimulai dari ruang kelas. Pendidikan dasar adalah fondasi. Ketika seorang anak belajar tentang pentingnya menjaga bumi sejak usia dini, maka ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan,” ujar Ahmad.
Ahmad yang selama ini aktif dalam pengembangan kurikulum pendidikan berbasis ekologi menilai bahwa kebijakan membangun sekolah net zero emission merupakan terobosan penting yang patut dijadikan model nasional.
“Secara pandangan pribadi saya melihat program ini bukan sekedar simbolis, tetapi implementatif. Energi terbarukan, pengelolaan air dan sampah, serta integrasi teknologi hijau di sekolah menjadi langkah konkret yang berdampak pada mindset generasi mendatang,” tambahnya.
Ahmad juga menyampaikan bahwa transformasi pendidikan ekologis tidak dapat berjalan sendiri, melainkan harus ditopang oleh kepemimpinan yang berpihak pada keberlanjutan.
“Saya mendukung penuh konsep kepemimpinan regeneratif seperti yang disampaikan Pak Anies. Pemimpin yang tidak hanya berpikir lima tahun ke depan, tetapi lima puluh tahun ke depan. Anak-anak hari ini adalah pengambil keputusan masa depan, dan tugas kita adalah mempersiapkan mereka sebaik mungkin,” tegasnya.
Ahmad berharap pendekatan seperti ini dapat diperluas ke seluruh pelosok Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan lingkungan.
“Saya berharap ke depan, lebih banyak kepala daerah dan pejabat negara mengadopsi semangat dan model kebijakan seperti ini. Karena mencetak generasi hijau bukan tugas satu kementerian, tapi tanggung jawab bersama,” pungkas Ahmad. (EJP)