Daily News | Jakarta – Ini MBG makanan bergizi gratis atau bagi-bagi gawean. Aduh. Dan yang lucu lagi yang dikritik justru yang dulu kerja nyata, yang sekarang bikin anak diare malah disanjung dengan tawa. Kita hidup di dunia yang kayaknya terbalik.
Begitulah, program makan gratis di sekolah-sekolah telah menjadi topik perdebatan hangat serta kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Seorang Podcaster Pedjuang Akbar mengatakan dulu di era Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan program makan gratis yang dikenal Program Penyediaan Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT-AS) selalu menyediakan makanan sehat dan bergizi bagi anak-anak sekolah.
“Dulu anak sekolah makan gratis dan sehat di Jakarta. Sekarang makan gratis sih, tapi bonus mencret tiga kali sehari. Lucunya, kita diminta untuk tidak nyinyir. Namanya juga katanya usaha jadi enggak perlu nyindir,” kata Akbar seperti dikutip KBA News dalam akun YouTube Podcast Pedjuang, Jakarta, Selasa, 7 Oktober 2025.
Namun, beberapa waktu terakhir muncul keluhan dari orang tua dan siswa tentang kualitas makanan yang disajikan dengan banyaknya siswa tumbang dan keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis program Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming.
“Jadi, wahai pemimpin negeri, tolong jangan kasih kita harapan palsu. Kasih anak-anak kita makanan bergizi, bukan nasi basi yang dibumbui tipu-tipu,” ujarnya.
Pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan kualitas makanan yang disajikan di sekolah-sekolah. Akbar meminta kepada Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming untuk mencontoh Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan saat menjalani program PMT-AS.
“Daripada hanya terus mengingat nilai 11 dari Pak Anies, sepertinya Pak Prabowo perlu mengingat program Pak Anies ketika memimpin Jakarta,” ujarnya.
Akbar menuturkan di tahun 2019 Pemprov DKI di bawah pimpinan Anies Baswedan bagi-bagi makanan bergizi gratis ke anak-anak sekolah bukan buat konten, tapi program serius yang rutin.
PAUD, sekolah dasar hingga sekolah luar biasa dapat program makanan rutin yang sehat dan gratis. Makanannya diawasi secara serius oleh Dinas Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
“Bukan sama guru yang diberi tugas tambahan, namun gaji guru honor masih saja horor. Food tray hilang, guru diminta tanggung jawab ganti rugi,” tutur Akbar.
Selain itu, PMT-AS di era Anies Baswedan memiliki bermacam-macam jenis menu sehat dan bergizi buat anak-anak sekolah di Jakarta. Sehingga makanan yang dihidangkan Pemprov DKI buat anak-anak sekolah di Jakarta sehat serta higienis, bukan menurun seperti MBG.
“Di PMT-AS ada 29 jenis menu dari jajanan lokal sampai buah-buahan yang bikin tubuh imun tambah naik, bukan malah turun jadi pasien IGD,” imbuhnya.
Akbar menilai program PMT-AS Anies Baswedan lebih ke kontrol dan sehat dari pada MBG. Dimana program MBG merupakan janji politik Presiden RI semasa kampanyenya di Pilpres 2024.
“Tapi hari ini kita dapat program andalan Pak Prabowo namanya makanan bergizi gratis yang katanya buat anak-anak negeri. Tapi apa daya menunya burger, spaghetti, bakmi gacoan. Apa emang MBG ini makan burger gratis atau makan bakmi gratis di mana, gandum kita tahu tidak tumbuh di bumi Indonesia,” tanya Akbar.
“Mana pemberdayaan pangan lokalnya? Katanya pro petani lokal,” sambungnya.
Akbar berharap pemerintah dapat menemukan solusi untuk meningkatkan kualitas makanan di sekolah-sekolah dan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan gizi yang cukup untuk mendukung proses belajar mereka. Kemudian Akbar menyoroti program Anies Baswedan yang berhasil tapi tidak diapresiasi oleh pemerintah nasional.
“Jadi, wahai pemimpin negeri, tolong jangan kasih kita harapan palsu. Kasih anak-anak kita makanan bergizi, bukan nasi basi yang dibumbui tipu-tipu,” tuturnya.
Selain itu, Pegiat media sosial mengungkapkan kekhawatirannya tentang program MBG yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Menurutnya, program tersebut tidak sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan keselamatan siswa.
“Tapi ini negara bukan dapur masak. Ini hidup anak bangsa, Bung. Bukan konten YouTube yang bisa di-cut dan dibungkus ulang. Anehnya program yang dulu berhasil malah enggak disebut,” paparnya.
Dia juga menyoroti bahwa program yang pernah berhasil di masa lalu seringkali diabaikan, sementara program baru yang belum teruji keefektifannya justru diprioritaskan.
“Coba ingat Pak Anies bikin program supaya anak bisa konsen di kelas. Bukan ngelamun, lapar sambil nunggu waktu istirahat kayak nunggu buka puasa. Tapi sekarang makan siang jadi lotre. Kadang dapat ayam kadang dapat racun,” tambahnya.
Pengelola MBG dari Militer
Akbar mempertanyakan tim pengelolaan MBG jauh dari kata meritokrasi, justru kebanyakan militer. Dengan begitu keberadaan tim pengelola yang didominasi oleh kalangan militer menimbulkaan pertanyaan tentang kompetensi dan efektivitas pengelolaan proyek tersebut.
Namun dia heran dengan kesadaran masyarakat masih memuji kinerja pejabat sekarang bikin anak diare. Sementara, yang kerja nyata justru di kritik. Hal itu membuatnya bingung.
“Ini MBG makanan bergizi gratis atau militer bagi-bagi gawean. Aduh. Dan yang lucu lagi yang dikritik justru yang dulu kerja nyata, yang sekarang bikin anak diare malah disanjung dengan tawa. Kita hidup di dunia yang kayaknya terbalik,” tegasnya.
“Kritik dianggap benci, saran dianggap syirik. Padahal transparansi bukan musuh negara. Tapi bahan baku kepercayaan warga. Kalau anggaran bisa dilacak kayak Gofood, mungkin enggak bakal ada tuh anak keracunan telur dadar berbumbuh,” tambah Akbar.
Dia menyampaikan yang membutuhkan makanan gratis dan bergizi bukan cuma anak pengusaha, ada anak petani, anak buruh, dan berbagai masyarakat yang juga manusia, yang juga anaknya ingin jadi juara. Jangan sampai anak negeri gagal ujian bukan karena bodoh, tapi karena diare yang tak kunjung membaik.
“Mari kita tepuk tangan untuk masa lalu yang waras. Di mana program bukan hanya tebar pesona di atas kertas. Dan mari kita tuntut masa kini untuk belajar dari sejarah. Jangan cuma belajar jual mimpi dan nyalain masa lalu sambil makan di restoran mewah. pakai APBD sebagai garpu,” imbuhnya.
“Ini bukan soal Pak Anies ataupun Pak Prabowo. Ini soal anak-anak, generasi masa depan bangsa yang perutnya lapar tapi masih bisa nyanyi lagu Indonesia Pusaka, walau nada sering fals dan terhenti. Karena kalau gizi mereka kita abaikan. Jangan harap masa depan bangsa bisa dituliskan,” sambungnya. (DJP)