Daily News | Jakarta – Para Ketum relawan Anies Baswedan yang saat ini sudah mengibarkan deklarasi dukungan kepada calon gubernur Jakarta, jangan pernah berpikir bahwa yang mereka lakukan itu bertujuan memudahkan perjuangan di Pilpres 2029. Di samping waktunya masih lama juga yang dihadapi para politisi dan partai politik yang berpikir berdasarkan materi dan keuntungan.
Ulama garis lurus dari Tanah Abang Jakarta Pusat Ajengan KH Nurdin Ahmad menyatakan hal itu kepada KBA News, Sabtu, 5 Oktober 2024 menanggapi alasan para Ketum relawan yang membelot dari perjuangan bersama Anies. “Mereka menyatakan bahwa mereka mendukung Pramono –Rano adalah dalam rangka melawan Ridwan Kamil-Suswono yang akan menjadi lawan berat Anies di Pilpres 2029,” katanya.
Alim yang biasa dipanggil Abah Ajengan itu menyatakan, alasan itu terlalu dicari-cari untuk membenarkan tindakan mereka melakukan pembelotan dari Anies Baswedan yang melakukan dukungan secara nyata kepada Cagub lain. Padahal sebelumnya para Ketum relawan itu terkenal di masyarakat sebagai pendukung Anies baik di Pilpres maupun di Pilgub Jakarta sebelum diganjal oleh partai.
Disinyalir oleh mantan Ketua DPW Mathla’ul Anwar itu, mereka tidak menyangka bahwa Anies akan gagal. Padahal dia merupakan calon terkuat untuk memenangkan kontestasi. Rezim yang tidak suka kepada Anies memaksa partai yang sudah mencalonkan, menganulir pencalonan itu dan memilih calon lain.
“Kita juga kaget tidak menyangka bahwa rezim berkuasa sampai melakukan tindakan tanpa moral dan etika itu. Tetapi bedanya kita dibandingkan para ketum itu adalah kita tetap istikomah tidak panik dan gugup. Sedangkan mereka seperti orang hilang pegangan di sebuah kapal yang akan karam sehingga meraih apapun untuk bertahan,” kata mantan dosen di Universitas Mathla’ul Anwar Serang itu.
Dalih melawan
Mereka kemudian berdalih bahwa mereka mendukung Pramono-Rano adalah dalam rangka melawan Ridwan-Suswono agar tidak bisa menang di Pilgub sehingga tidak menjadi lawan berat di Pilpres. Itu, menurut Abah Nurdin, alasan yang terlalu dicari-cari. Mestinya, kalau mereka pendukung Anies yang militan, tidak akan goyah oleh manuver rezim dan partai.
Kalau mereka pendukung Anies yang disebut Anak Abah yang tahan uji, semestinya menunggu arahan dan instruksi Abah Anies. Tidak melakukan tindakan sendiri-sendiri yang merusak semangat dan elan relawan yang selama ini sudah dibentuk susah payah dalam perjuangan yang tidak mengenal menyerah dari seluruh relawan.
Anak Abah saat ini menunggu apa yang akan dilakukan oleh Anies Baswedan. Dia berpendapat, sebaiknya Anies menunjukkan sikap netral dan tidak terlibat dalam gerakan dukung-mendukung di Pilgub Jakarta. Bebaskan saja apa yang akan dilakukan oleh Anak Abah termasuk jika mereka Golput atau Gercos (Gerakan Coblos Semua).
“Biarkan saja. Anies sebaiknya fokus pada kegiatan untuk mendirikan organisasi baru, baik Ormas maupun Partai. Itu lebih berguna untuk karir politiknya di masa depan. Mempunyai kendaraan sendiri lebih bergengsi dan terhormat dari pada tergantung kepada kendaraan orang lain,” demikian Ajengan Nurdin Ahmad. (DJP)