Daily News | Jakarta – Pemimpin adalah amanat para Nabi untuk kepentingan membimbing dan menenangkan umat atau rakyatnya. Sangat diharapkan dia berlaku baik dan bijaksana menjadi contoh dan teladan dalam bertingkah laku.” #KBANews.
Maka, orang yang berusia lanjut, sudah berumur 70-an, semestinya semakin sadar bahwa dia tidak lama atau sebentar lagi akan mati. Karena itu, tutur katanya lemah lembut dan memberikan keteladanan. Bukan semakin kasar, tidak beretika dan gampang sekali melontarkan kata makian yang semestiya dapat dihindarinya. Dia tahu dan sadar bahwa dia menjadi panutan dan contoh bagi orang yang lebih muda.
Ulama kharismatik yang berasal dari Banten Ajengan KH Nurdin Ahmad menyatakan hal itu kepada KBA News, Kamis, 27 Februari 2025 menyinggung tentang seorang pemimpin yang sering menunjukkan sikap temperamental dan sering melontarkan kata-kata makian. “Dipandang dari sisi manapun, orang seperti itu tidak benar. Tidak ada agama, aliran pemikian dan mazh’ab apapun di dunia ini yang membolehkan orang memaki di acara resmi apalagi kenegaraan,” katanya.
Dia menolak menyebut nama orang tetapi bisa diduga bahwa dia menyesalkan seorang pemimpin yang tidak bisa mengontrol emosi jiwanya. Apalagi pemimpin itu mempunyai jabatan tertinggi di negaranya dan sudah berusia lanjut. Sangat tidak terpuji jika seseorang menunjukkan kekasaran apalagi sampai melontarkan makian seperti ‘Ndasmu’. Kepada siapapun ditanyakan, pasti orang akan menyalahkan pemimpin seperti itu.
Islam sendiri, kata mantan Ketua DPW Mathla’ul Anwar DKI Jakarta dua periode, dari 2012 hingga 2022 itu, mengamanatkan pengikutnya, siapapun dia untuk selalu menjaga dan mngontrol diri agar emosi dan kemarahannya bisa diredam. Artinya harus ditekan sedapat mungkin. Islam mewajibkan pengkutnya untuk menahan kemarahan dan memberikan sanjungan tinggi kepada orang yang bisa mengendalikan dirinya untuk tidak marah.
Tuntunan Kitab Suci
“Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang mengajarkan kita untuk menahan kemarahan. Di antaranya QS 3: 134 yang berbunyi: (orang yang mendapat ampunan itu) adalah orang-orang yang menafkahkan sebagian rezekinya baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” kutip pemegang gelar doktor ilmu hukum itu.
Ditambahkannya, Al-Qur’an menyebutkan juga untuk meredam kemarahan dan emosi, seorang hambah harus banyak bersikap sabar. Beberapa ayat menyebutkan keutamaan orang yang bersabar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 153 disebutkan Allah menyukai orang yang bersabar. Sedang di ayat 155, Allah menyatakan, berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Rasulullah Muhammad SAW sendiri selaku contoh terbaik (uswatun hasanah) bagi umat Islam mengajarkan bagaimana akhlakul karimah (perilaku yang baik) yaitu dengan selalu menahan emosi dan bersikap sabar, bahkan kepada musuh sekalipun. Ummul Mu’minin Aisyah RA(hu) menyatakan akhlak Rasul adalah Al-Qur’an yang selalu menuntun Rasul untuk sabar, menahan emosi dan bijaksana.
Jadi, kata mantan dekan Universitas Mathla’ul Anwar Serang Banten itu, orang-orang yang sering mengumbarkan kemarahan dan ketidaksabaran kepada khalayak umum berarti diragukan tingkat kemampuan pengendalian dirinya. Bisa dikatakan, orang seperti itu jauh dari tuntunan agama dan keyakinannya.
“Sebagai pemimpin apalagi sudah sepuh, berusia di atas 70-an tahun, semestinya bisa mengendalikan diri. Pemimpin adalah amanat para Nabi untuk kepentingan membimbing dan menenangkan umat atau rakyatnya. Sangat diharapkan dia berlaku baik dan bijaksana menjadi contoh dan teladan dalam bertingkah laku,” demikan Ajengan KH Nurdin Ahmad. (DJP)
Discussion about this post