Daily News | Jakarta – Pengamat politik asal Papua, Frans Maniagasi mengatakan tak bisa dibantah bahwa apa yang kini menimpa terjadi pada kasus pencalonan Anies Baswedan di Pilkada Jakarta merupakan penjegalan. Dan ini pun sudah dikertahui secara luas di Masyarakat.
”Sebagai teman, saya prihatin apa yang terjadi pada Anies Baswedan. Sebab, terlepas dari apa pun juga dia merupakan anak bangsa yang masih berusia cukup muda yang punya potensi jadi pemimpin bangsa,” kata Frans Maniagasi kepada KBA News Rabu 4 September 2024.
Frans selanjutnya mengatakan bila sekarang di kalangan warga Jakarta beredar seruan yang tersebar melalui media sosial, WA grup, hingga dari mulut ke mulut agar di pilkada nanti mencoblos semua calon, maka itu dapat dimahfuni. Seruan itu merupakan ekpresi warga yang kecewa karena Anies tak bisa dicalonkan.
”Gerakan coblos semua calon di Pilkada itu kan sama saja dengan seruan melakukan ‘golput’. Namun penyebabnya adalah karena ada kekecewaan luar biasa. Jadi ini warga yang menjadi basis pemilih Anies. Mereka sangat kecewa dengan penjegalan itu. Mereka mengerti apa yang terjadi pada Anies konspirasi untuk menghadangnya. Anies memang calon pemimpin yang kini diisolasi,” tegasnya.
Menurut Frans bila melihat kenyataan yang ada di dunia, apa yang terjadi pada Anies Baswedan itu bukan hal yang baru. Bahkan di negara tetangga sudah ada sosok pemimpin negara yang nasibnya pernah diisolasi seperti Anies Baswedan.
”Lihat saja pada sosok Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Apa yang terjadi pada Anies mirip dengan perlakukan rezim Malaysia di masa lalu. Awalnya Anwar dan penguasa Malaysia berbaikan, bahkan Anwar dianggap sebagai anak emasnya. Tetapi mendadak berubah drastis Anwar kemudian dijadikan musuh utama,” tegasnya..
Dan tak cuma diisolasi, ungkap Frans, Anwar Ibrahim kemudian dipecat dari jabatan wakil perdana menteri,. Tak cukup dengan itu, Anwar kemudian difitnah hingga masuk penjara selama bertahun-tahun. “Namun, tiba-tiba rezim berbaikan kembali karena partai yang dipimpin Anwar kuat. Anwar kembali dirangkul serta kemudian malah berhasil menduduki jabatan perdana menteri,” ungkap Frans Maniagasi yang juga alumni FISIP Universitas Gadjah Mada.
Melihat kenyataan ini semua, Frans mengatakan saat ini Anies lebih tepat menarik diri untuk melakukan intropeksi diri atas semua kejadian yang terjadi kepada diri. Jangan terlalu terburu-buru mengambil langkah atau manuver politik.”Sekarang colling down dulu. Instropeksi ke dalam pribadi. Lalu tunggu dan lihat momentum apa yang akan terjadi.”
”Termasuk juga dalam soal memutuskan apakah akan membentuk partai baru atau bergabung dengan partai yang sudah ada. Itu perlu pemikiran sebelum menentukan pilihan. Bahkan misalnya, mencari alternatif. Jadi Anies punya banyak pilihan. Maka sekali lagi jangan terburu-buru mengambil putusan,” tandas Frans Maniagasi. (DJP)
Discussion about this post