Daily News | Jakarta – “Anies nampaknya ingin melakukan itu dengan menyingkirkan segala perbuatan keji mungkar, ketidakadilan,, praktek KKN menuju kepada peradaban bangsa yang kuat dan solid, setara, jujur benar dan patut terutama bagi para pemimpin di berbagai level dalam rangka penegakkan keadilan.”
Begitulah, pesan dalam khotbah Hari Raya Idul Adha Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang disampaikan pada pelaksanaan solat Ied 1446 sangat monumental. Khotbah yang disampaikan di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan, Jum’at kemarin, itu menjadi Khotbah Idul Adha yang sangat mengisnpirasi dan menyentuh hati nurani karena di dalamnya terkandung makna Historis dan Keadilan.
Pendapat itu disampaikan oleh seorang Eksponen Angkatan Reformasi 98 yang juga mengamat politik Abba Thaher Lamatapo kepada KBA News, Sabtu, 7 Juni 2025 menyinggung khotbah hari raya yang disampaikan Anies Baswedan selaku khotib di perayaan tersebut. Apa yang disampaikan oleh Anies bukanlah hal yang baru tetapi, kita menjadi tersentak sebab, pemegang kekuasaan nampaknya kurang berminat untuk membenahi dan memperbaiki nasib rakyat yang masih banyak sengsara dan menderita.
Menurut Anies, kesenjangan yang terjadi bukan karena sebuah takdir tetapi akibat sistem yang tidak pernah diperbaiki dan dikoreksi. Di tengah masyarakat, katanya, kesenjangan yang terjadi begitu nyata dan membuat hati resah dan galau tetapi sistem membiarkan itu terjadi tanpa koreksi dan pembenahan untuk perbaikan.
Dalam khotbahnya itu Anies secara gamblang menyatakan, ada orang banyak makan di restoran mewah tetapi pada saat yang sama banyak anak-anak dan orang-orang miskin memungut sampah demi sesuap nasi untuk bertahan hidup. Dalam kemewahan yang begitu nyata terlihat jelas kemiskinan juga banyak dan juga begitu nyata.
Ketimpagan lain, kata mantan Menteri Pendidikan di era awal Jokowi itu, nampak dari banyaknya mobil mewah yang berseliweran dan pada saat yang sama berpapasan dengan gerobak pedagang kecil. Yang satu menghabiskan duit demi kemewahan, sementara yang lain berjuang mati-matian mencari uang untuk mempertahankan hidup.
Bagi mantan Rektor Paramadina tersebut, semua itu harus diperbaiki. Yang kaya semestinya mempunyai rasa setia kawan yang tinggi. Sedangkan yang kecil diberikan kesempatan untuk menjadi besar. Slogan Anies adalah yang kecil dibesarkan, tanpa mengecilkan yang besar. Inilah yang ingin dilakukan Anies di saat Pilpres 2024 lalu, melalui konsepnya tentang pemerataan ekonomi dari semua lapisan masyarakat. Sayang melaksanakannya tertunda karena dia kalah dengan aroma kecurangan yang sangat nyata.
“Menurut saya khotbah Idul Adha yang disampaikan oleh peraih gelar ilmu politik dari Amerika Serikat itu mengajak seluruh anak Bangsa untuk kembali menyatukan hati dan empati memperbaiki nasib rakyat. Setidaknya ada lima hal yang dapat dipetik dari khotbah yang bernas dan membuka pikiran itu,” kata alumni Univeristas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu.
Luas dan majemuk
Pertama, bangsa Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dan begitu majemuk ini wajib menjunjung tinggi nila- nilai keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan begitu pula toleransi di setiap momentum pembangunan bangsa tanpa pilih kasih. Jika ada kesan sedikit saja pilih kasih maka akan membuat kecemburuan sosial yang akan berakibat fatal.
Kedua, Anies mengutip kitab tulisan Cendikiawan muslim dunia Ibnu Khaldun, terkait dengan peradaban yakni : Runtuhnya peradaban dunia ini disebabkan oleh ketidakadilan dan akibat praktek KKN. Yang saat ini cukup menjamur di berbagai belahan dunia yang memunculkan ketidakadilan dan runtuhnya peradaban.
Peringatan Tokoh penggagas Perubahan ini menjadi warning bagi setiap Pemimpin yang dikasih amanah oleh Rakyat agar mampu berkolaborasi menata pembangunan yang merata baik di kota maupun di daerah secara adil dan konsisten dengan tidak memunculkan praktek Dinasti yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan.
Ketiga, dalam rangka peningkatan pembangunan penataan kota secara berkelanjutan dan berkeadilan menurut Abba Lamatapo, apa yang disampaikan Anies adalah : sebuah pendidikan demokrasi berdasarkan konsep dan pikiran tentang Negara Pancasila dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Keempat, dalam membangun bangsa dan negara setiap pemimpin wajib bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Hal ini menjadi prasyarat utama dalam penegakan hukum tanpa pandang bulu, sehingga aspek keadilan menjadi kunci utama meluruskan jalan dan menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima, dalam mementum Idul Adha apa yang disampaikan tokoh penggagas Aksi Bersama di atas menjadi, catatan historis bagi setiap anak bangsa, agar tetap menjaga dan merawat akidah masing masing dari berbagai godaan dan adudomba pihak asing untuk memecahbelah persatuan. Hal ini menjadi urgent mengingat situasi ekonomi nasional maupun global yang kurang menguntungkan saat ini.
Akhirnya, catatan Khotbah Anies diatas dapat diambil Ibrahnya, seperti Perjuangan Nabi Allah Ibrahim AS dalam membangun peradaban manusia. Anies nampaknya ingin melakukan itu dengan menyingkirkan segala perbuatan keji mungkar, ketidakadilan, praktek KKN menuju kepada peradaban bangsa yang kuat dan solid, setara, jujur benar dan patut terutama bagi para pemimpin di berbagai level dalam penegakan keadilan. (EJP)