Daily News | Jakarta – Selama masa transisi (Pj Gubernur) setelah Anies purnatugas, kelompok masyarakat ini merasa tidak diperhatikan. Ketika Pram-Doel hadir dengan janji melanjutkan program Anies, harapan itu kembali muncul. #kbanews
Maka, pasangan calon (paslon) nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno, berhasil memenangkan Pilgub Jakarta 2024 dengan meraih 50,07 persen suara. Paslon yang diusung PDI Perjuangan dan mendapat dukungan dari Anies Baswedan ini menyapu bersih kemenangan di kota dan kabupaten di Provinsi Jakarta.
Rektor Universitas Madani Yogyakarta, Prof. Dr. M. Wil Jandra, M.Ag., mengungkapkan ada beberapa faktor yang membawa pasangan ini unggul dari dua kandidat lainnya. Salah satunya adalah rasionalitas masyarakat Jakarta. “Warga Jakarta tidak terpengaruh dengan emosi; mereka memilih mana yang menguntungkan dan mana yang tidak,” ujarnya saat dihubungi KBA News, Rabu, 11 Desember 2024.
Menurut Prof. Jandra, sebenarnya ketiga pasangan calon dalam Pilgub Jakarta 2024 tidak sepenuhnya menawarkan keuntungan bagi masyarakat. Namun, pemilih tetap harus membuat pilihan, meskipun 50 persen warga Jakarta memutuskan untuk tidak ikut memilih. “Ini menunjukkan bahwa sebagian warga merasa tidak sreg dengan pilihan yang ada, tetapi mereka yang sadar memilih menyadari bahwa tidak memilih bukanlah solusi terbaik,” jelasnya.
Dalam kondisi tersebut, paslon Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) memanfaatkan situasi dengan pendekatan strategis kepada tokoh-tokoh berpengaruh di Jakarta. “Yang menonjol adalah pendekatan mereka kepada Anies Baswedan, serta kepada para mantan gubernur Jakarta lainnya,” ungkapnya.
Prof. Jandra menegaskan bahwa peran Anies Baswedan dan tokoh-tokoh lainnya, termasuk “anak Abah,” sangat besar dalam kemenangan Pram-Doel. Ketika Anies secara resmi memberikan dukungan, warga miskin kota di Jakarta merasa yakin bahwa program-program pro-rakyat ala Anies akan dilanjutkan oleh Pram-Doel. “Dukungan tersebut membuat warga miskin kota berbondong-bondong memberikan suara mereka kepada Pram-Doel,” tambahnya.
Menurut Prof. Jandra, perhatian terhadap masyarakat miskin di Jakarta menjadi faktor penting yang tidak bisa diabaikan. “Selama masa transisi (Pj Gubernur) setelah Anies purnatugas, kelompok masyarakat ini merasa tidak diperhatikan. Ketika Pram-Doel hadir dengan janji melanjutkan program Anies, harapan itu kembali muncul,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa Pramono dan Rano telah berkomitmen kepada Anies untuk meneruskan kebijakan pro-rakyat yang dirancang saat Anies menjadi gubernur. “Saat bertemu dengan Anies, keduanya berjanji akan melanjutkan program-program yang sudah berjalan baik,” katanya.
Prof. Jandra menyimpulkan bahwa dukungan Anies Baswedan adalah faktor dominan dalam kemenangan Pram-Doel. “Kita maklum bahwa di Jakarta, masyarakat miskin jumlahnya cukup banyak dan sering kali terabaikan oleh elite. Mayoritas masyarakat Jakarta masih mendambakan sosok Anies, dan hal ini menjadi titik penting yang berhasil dimanfaatkan oleh Pram-Doel,” pungkasnya. (EJP)