Daily News | Jakarta – Saya berpesan kepada Abah Anies agar mendeklarasikan partai politik segera, bila perlu pada 20 Oktober 2024.
Anies Baswedan akan membentuk wadah baru guna menghimpun kekuatan gerakan perubahan yang terus tumbuh. Entitas baru ini bisa berupa organisasi masyarakat (ormas) atau bahkan partai politik.
Pengamat Politik Refly Harun turut mengomentari wadah baru yang hingga kini Anies belum memutuskan dalam bentuk ormas atau partai politik tersebut. Menurut dia, ormas dan partai politik adalah entitas yang berbeda.
Dia mengatakan, ormas berfungsi sebagai pelayanan kepada masyarakat, sebagai bagian dari civil society. Sedangkan partai politik bertujuan untuk merebut kekuasaan atau berbagi kekuasaan.
Refly mengatakan, jangan mengajak masyarakat bergabung dengan ormas, tapi ujung-ujungnya masuk partai politik. “Jangan seperti partai yang sono. Begitu menjadi partai, banyak yang mundur,” kata Refly dalam acara diskusi bertema “Kemana Suara Anak Abah Akan Bermuara” yang disiarkan melalui channel YouTube Aksanation dan dikutip oleh KBA News, Sabtu, 28 September 2024.
“Saya punya pesan kepada Abah Anies. Saya berharap Anies mendeklarasikan partai politik, bila perlu pada 20 Oktober 2024,” ungkapnya.
Namun, kata Refly, partai politik yang akan dibangun, jika tujuannya hanya untuk mengantarkan seseorang menjadi presiden, kemungkinan akan gagal. “Apa bedanya dengan Partai Gerindra atau NasDem, yang tidak ada perputaran kepemimpinan,” imbuhnya.
Partai politik yang dibentuk Anies, jika menerima sumbangan dari para cukong, juga pasti akan gagal. “Partai harus hidup dari sumbangan anggota. Partai hanya untuk merebut kursi sebanyak-banyaknya, pasti gagal juga,” ungkapnya.
Menurut dia, partai yang didirikan Anies dan tim harus berdasarkan pada nilai-nilai yang baik. Mendirikan partai perlu dilakukan bersama-sama, berjamaah, namun Anies tetap menjadi pemimpinnnya.
Refly mengibaratkan partai politik seperti barisan salat. “Ibarat salat, jika imamnya kentut, harus diganti. Artinya, kita mencari yang terbaik di antara kita agar kita harus tetap di jalan yang lurus, tidak semata-mata menjadikan dirinya sebagai kendaraan untuk mencapai posisi presiden,” jelasnya.
Jadi, pemimpin tertinggi partai itu harus punya integritas, tidak boleh melakukan kesalahan.
“Jangan seperti partai-partai yang ada, jika sudah tidak istikamah, hanya dibirkan saja,” ungkapnya. (EJP)