Daily News | Jakarta – “Kita berharap Anies akan mengambil alih kepemimpinan di negeri ini agar semua keburukan dan ketimpangan itu bisa diselesaikan. Perjuangan itu tidak ringan dan melalui jalan yang terjal dan berliku. Tetapi jika Allah mengizinkan dan meredoi, insya Allah, Anies akan mampu memperbaiki semuanya.”
Begitulah ketika kesenjangan sosial saat ini berada di tingkat yang mengkhawatirkan. Kita dengan mudah melihat dan merasakan ketimpangan kesejahteraan di tengah masyarakat di mana ada sekelompok orang yang sedemikian kaya dan pada saat yang sama ada yang demikian banyak orang miskin. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan. Karenanya kita memberikan apresiasi, tokoh Perubahan Anies Rasyid Baswedan mengangkat masalah itu sebagai tema di khotbah Idul Adha.
Ulama asal Banten yang tinggal di Karet Tengsin, Tanah Abang Jakarta Pusat Ajengan KH Nurdin Ahmad menyatakan hal itu kepada KBA News, Ahad, 8 Juni 2025 menyikapi khotbah Hari Raya Idul Adha yang disampaikan Anies Baswedan ketika menjadi khotib di Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jum’at kemarin. Dalam khotbahnya, Anies menyatakan keprihatinan atas masalah kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat saat ini.
Menurut Anies, kesenjangan yang terjadi bukan karena sebuah takdir tetapi akibat sistem yang tidak pernah diperbaiki dan dikoreksi. Di tengah masyarakat, katanya, kesenjangan yang terjadi begitu nyata dan membuat hati resah dan galau tetapi sistem seakan-akan membiarkan itu terjadi tanpa koreksi dan pembenahan untuk perbaikan.
Dalam khotbahnya itu Anies secara gamblang menyatakan, ada orang banyak makan di restoran mewah tetapi pada saat yang sama banyak anak-anak dan orang-orang miskin memungut sampah demi sesuap nasi untuk bertahan hidup. Dalam kemewahan yang begitu nyata terlihat jelas kemiskinan juga banyak dan juga begitu nyata.
Ketimpangan lain, kata mantan Menteri Pendidikan di era awal Jokowi itu, nampak dari banyaknya mobil mewah yang berseliweran dan pada saat yang sama berpapasan dengan gerobak pedagang kecil dan pengumpul barang rongsokan. Yang satu menghabiskan duit demi kemewahan, sementara yang lain berjuang mati-matian mencari uang untuk mempertahankan hidup.
Bagi mantan Rektor Paramadina tersebut, semua itu harus diperbaiki. Yang kaya semestinya mempunyai rasa setia kawan yang tinggi. Sedangkan yang kecil diberikan kesempatan untuk menjadi besar. Slogan Anies adalah yang kecil dibesarkan, tanpa mengecilkan yang besar. Inilah yang ingin dilakukan Anies di saat Pilpres 2024 lalu, melalui konsepnya tentang pemerataan ekonomi dari semua lapisan masyarakat. Sayang melaksanakannya tertunda karena dia kalah dengan aroma kecurangan yang sangat nyata.
Bukan masalah baru
Menurut Abah Nurdin, demikian panggilan akrabnya, apa yang disampaikan Anies dalam khotbahnya itu sebenarnya bukanlah masalah baru. Stratifikasi (tingkatan) sosial secara sosiologis memang ada dan tidak bisa dihilang. Tugas kita adalah membuat kesenjangan itu semakin mengecil dan kurang memberikan masalah secara sosial.
“Yang terjadi sekarang adalah kesenjangan itu begitu besar. Di mana ada sekelompok orang kaya menguasai sumber daya alam dan dana yang sangat besar sementara ada demikian banyak orang yang mencari makan untuk hidup sehari-hari saja susah. “Yang lebih memiriskan ada data yang menyebutkan sekitar lima persen penduduk Indonesia menguasai 95 persen luas lahan produktif. Ini jelas sangat memprihatinkan dan merisaukan,” kata mantan Ketua DPW Mathla’ul Anwar DKI Jakarta dua periode (2012-2022) itu.
Para pendiri Republik ini mencantumkan tujuan berdirinya negara Indonesia dalam Konstitusi, salah duanya adanya memajukan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. “Setelah hampir 80 tahun kita merdeka, dua tujuan itu terasa makin jauh untuk dicapai. Malah dalam 10 tahun terakhir ini, jangankan disebut orang, justru tidak pernah diingat lagi, terutama oleh para pemegang kekuasaan,” kata mantan dekan Fakultas Hukum Universitas Mathla’ul Anwar Serang Banten itu.
Anies, sebagai pemimpin yang lahir dari rakyat dan berjuang bersama rakyat menyatakan kerisauannya atas segala ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Kepedulian sosialnya sangat tinggi yang ditunjukkannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 2017-2022. Dia berusaha melawan ketimpangan dan kesenjangan itu dengan kebijakan-kebijakan pro-rakyat yang membuat dia dicintai rakyat Jakarta.
“Pemimpin seperti Anies itu, saat ini sangat sedikit. Dia menjadi pemimpin yang langka di tengah begitu banyak muncul pemimpin yang hedonis, korupsi, manipulatif dan nepostis. Anies jauh dari tipe pemimpin yang destruktif itu. Jika dia berkuasa, para pemimpin palsu, bodong dan buruk itu akan tersingkir. Makanya dia dibenci dan selalu menghadapi tekanan dan tantangan yang tidak habis-habisnya,” kata ulama ahli hukum Islam itu.
Kita berharap Anies akan mengambil alih kepemimpinan di negeri ini agar semua keburukan dan ketimpangan itu bisa diselesaikan. Perjuangan itu tidak ringan dan melalui jalan yang terjal dan berliku. Tetapi jika Allah mengizinkan dan meredoi, insya Allah, Anies akan mampu memperbaiki semuanya,” demikian Ajengan KH Nurdin Ahmad. (DJP)