Daily News | Jakarta – Dalam panggung politik Indonesia, Anies Baswedan selalu menjadi figur yang menarik perhatian publik. Sejak mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2024, Anies sering disorot karena gagasan dan wacana politiknya yang menawarkan perubahan.
Menurut pengamat politik Dr. Martadani Noor, MA, Anies memiliki peluang besar untuk mendirikan partai politik. “Anies memiliki basis dukungan yang disebut dengan komunitas atau simpul-simpul relawan. Basis ini potensial dan akan terlihat jelas mana yang mendukung pendirian partai,” ungkap Martadani saat dihubungi KBA News, Jumat, 11 Oktober 2024.
Dia mengatakan, simpul-simpul relawan ini bisa mendirikan partai yang kemudian bergabung, kemudian dibentuk sekretariat bersama (sekber) dengan Anies sebagai pemimpinnya. Namun, memang tantangan tetap ada. “Faktor logistik menjadi faktor penting yang harus dihadapi,” ungkapnya.
Dekan Fisipol Universitas Widya Mataram Yogyakarta ini mengungkapkan, meskipun secara teori hal ini mungkin, namun perlu ditekankan kekuatan relawan. “Misalnya, relawan Jarnas (Jaringan Relawan Nasional) yang punya jaringan luas, memiliki keinginan mendirikan partai. Namun, tanpa dukungan dari simpul relawan lain, akan sulit membangun infrastruktur partai hingga ke tingkat nasional dan daerah,” jelasnya.
Dukungan jaringan relawan lain sangat diperlukan. Semakin banyak relawan yang bergabung untuk mendirikan partai maka peluang untuk memenuhi standar nasional semakin besar. Namun, jika relawan yang bergabung hanya sedikit, upaya ini akan sulit untuk memenuhi standar nasional yang diinginkan.
Potensinya memang ada, sebab para relawan sejak awal mendukung Anies menjadi presiden. Namun, Martadani juga mengingatkan tentang pentingnya membaca momentum politik. “Semakin lama proses pendirian partai ditunda, maka momentum politik ini bisa hilang,” kata Martadani.
“Apalagi, jika tokoh lain seperti presiden terpilih Prabowo Subianto mampu mengeluarkan kebijakan yang populis, bisa jadi publik yang sebelumnya simpati ingin bergabung ke partainya Anies berpikir ulang bahkan mungkin saja beralih dukungannya,” sambungnya.
Martadani juga menambahkan, Prabowo mungkin tidak pandai, namun jika kebijakannya populis maka akan mendapatkan banyak dukungan. Di sisi lain, Anies memang memiliki kekuatan gagasan, tetapi ia tidak memiliki kekuatan politik sebesar Prabowo yang didukung lewat kebijakan yang ditopang dengan logistik negara.
“Oleh karena itu, ini adalah pertarungan momentum. Semakin lama pendirian partai ditunda, semakin besar risiko kehilangan momentum politik dan perubahan orientasi publik terhadap politik,” jelasnya. (DJP)