Daily News | Jakarta – Partai yang mewakili kehendak rakyat, lahir dari dorongan masyarakat luas, bukan dari elite politik.
Wacana Anies Baswedan untuk membentuk wadah baru demi menjaga semangat perubahan semakin menjadi perhatian publik. Hingga kini, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut belum memastikan apakah wadah yang akan ia dirikan akan berbentuk organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik.
Namun, apa pun pilihan yang diambil, hal ini dianggap penting dalam upaya meneruskan gelombang perubahan yang telah dibangun Anies Baswedan selama masa kampanye pemilihan presiden.
Guru Besar Universitas Islam Indonesia (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Muhammad Chirzin, menyebutkan bahwa keputusan Anies untuk mendirikan wadah baru hanya soal waktu. Menurutnya, jika Anies serius untuk terus memperjuangkan visinya di kancah politik, membentuk partai politik adalah langkah yang lebih strategis dibandingkan ormas.
“Kalau rakyat menginginkan Anies menjadi presiden, alternatifnya adalah mendirikan partai. Kalau hanya ormas, legitimasinya akan diragukan. Dengan partai, Anies memiliki fondasi politik yang lebih kuat, terutama untuk menghadapi tantangan yang ada,” ungkap Prof. Chirzin saat dihubungi KBA News, Kamis, 3 Oktober 2024.
Prof. Chirzin menegaskan bahwa jika Anies membentuk partai politik, partai tersebut tentu berbeda dengan partai baru lainnya yang muncul sebagai pecahan dari partai lama, seperti Partai Ummat atau Partai Gelora.
Menurutnya, partai yang dibentuk oleh Anies merupakan perwujudan otentik dari kehendak masyarakat, bukan hanya reinkarnasi dari partai-partai yang sudah ada sebelumnya.
“Partai yang akan dibentuk Anies ini bukan jelmaan dari pecahan partai lama, tapi benar-benar baru. Ini akan menjadi partai yang mewakili kehendak rakyat, lahir dari dorongan masyarakat luas, bukan dari elite politik,” katanya.
Dalam konteks ini, Prof. Chirzin menyarankan agar para pendukung Anies melakukan survei untuk melihat aspirasi publik terkait pendirian partai ini. “Bisa dilakukan survei sederhana dengan beberapa alternatif: mendirikan partai politik, mendirikan ormas, atau tidak mendirikan apa-apa. Hasil survei ini dapat menjadi panduan bagi Anies untuk menentukan langkah berikutnya,” jelasnya.
“Kalau saya pribadi, mendukung Anies mendirikan partai politik,” tegasnya.
Menurut dia, salah satu tantangan Anies dalam mendirikan partai adalah bagaimana membangun konsolidasi politik yang kuat. Di sisi lain, mendirikan partai politik menawarkan platform yang lebih kuat untuk menggerakkan roda perubahan.
Dia pun mempertanyakan, jika yang dibentuk ormas, apa bedanya dengan ormas yang sudah mapan seperti Muhammadiyah atau Nahdlatul Ulama (NU). “Kalau hanya mendirikan ormas, Anies akan sulit menggalang dukungan politik yang solid. Namun, dengan partai, ia bisa membangun basis massa yang lebih konsisten dan strategis untuk mengusung agenda politiknya,” ujarnya.
Selain itu, membentuk partai politik memungkinkan Anies untuk terus menyuarakan aspirasi perubahan dengan lebih jelas. Seperti bola salju yang semakin besar, dukungan yang terus mengalir akan memperkuat posisinya dalam peta politik nasional.
“Konsolidasi politik hanya bisa terwujud jika Anies memiliki partai. Kalau tidak, semangat perubahan ini akan sulit untuk disalurkan dengan efektif,” jelas Prof. Chirzin. (DJP)