Daily News | Jakarta – Di tengah suasana politik yang terus bergulir, mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempertimbangkan untuk membentuk sebuah wadah baru guna menampung gerakan perubahan serta merespons aspirasi masyarakat. Wadah ini diproyeksikan sebagai ruang bagi masyarakat yang menginginkan perubahan berlandaskan pada nilai moral, etika, dan sikap kritis.
Meski bentuknya, apakah organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik, masih dipertimbangkan, wacana ini telah memicu berbagai spekulasi dan antusiasme di tengah publik.
Tokoh gerakan di Yogyakarta, Chumaidi Syarif Romas, menyampaikan pandangannya terkait rencana ini, menekankan bahwa wadah baru yang dibentuk Anies sebaiknya membawa ciri khas yang lebih bermakna dan berkelanjutan.
Chumaidi berharap wadah ini akan memiliki karakter profetik yang memperjuangkan nilai-nilai moral dan etika, namun tetap kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan bangsa, terutama yang terkait dengan keadilan dan kesetaraan. “Gerakan profetik ini harus tetap kritis,” ujar Chumaidi saat dihubungi KBA News, Minggu, 27 Oktober 2024.
Bagi mantan Ketua Umum PB HMI periode 1976-1978 ini, nilai kritis dalam sebuah gerakan merupakan fondasi yang harus dijaga di tengah tantangan yang dihadapi bangsa. Ia menekankan, tanpa sikap kritis, gerakan hanya akan menjadi formalitas tanpa esensi. Pendidikan kritis, lanjutnya, harus dijadikan sebagai landasan utama dalam menciptakan masyarakat yang adil dan damai.
Wadah Baru: Harapan untuk Dinamika Gerakan yang Relevan dengan Zaman
pensiunan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini optimis bahwa wadah baru yang dirancang Anies bisa membawa perubahan positif jika dilandasi dengan nilai-nilai yang relevan dengan perkembangan zaman.
Menurutnya, wadah ini perlu menjaga fokus pada ide dan nilai yang diusung, bukan pada figur atau individu tertentu. “Para pendukung harus tetap setia pada ide, bukan pada pribadi. Jika loyalitasnya pada ide, maka gerakan ini akan relevan dan dapat bertahan di tengah perubahan zaman,” paparnya.
Dengan menggagas wadah yang berakar pada moral, etika, dan sikap kritis, Anies Baswedan diharapkan dapat menawarkan solusi yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga kontekstual bagi Indonesia yang majemuk.
Wadah ini akan menjadi ruang bagi masyarakat untuk membangun kebersamaan dalam kerangka demokrasi yang inklusif dan mendukung terciptanya kebijakan yang berkeadilan.
Apa kiprahnya
Sementara itu, aktivis Sosial Iskundarti Adnan Mansyur mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, harus ada landasan yang kuat dalam organisasi. Pertama, adalah komitmen perjuangan dalam organisasi. Anggota harus memiliki komitmen tinggi terhadap perjuangan yang dilakukan oleh organisasi, baik dalam bidang politik maupun fokus lainnya.
“Komitmen ini seperti janji pada diri sendiri bahwa seseorang akan berjuang sepenuh hati dalam organisasi ini,” katanya saat dihubungi KBA News, Senin, 28 Oktober 2024.
Landasan kedua adalah rasa saling mempercayai dan menghargai satu sama lain, terutama karena organisasi yang dibentuk merupakan lembaga nirlaba atau tidak mengejar profit. “Dalam organisasi nirlaba, seperti ormas, anggota bekerja secara sukarela. Relawan harus saling menghargai tanpa merasa lebih dari yang lain, meskipun mungkin jabatannya di organisasi itu lebih tinggi,” jelasnya.
Ketua OKK Forum Tanah Air (FTA) ini menegaskan bahwa mereka yang berada di posisi atas tetap harus menghargai masukan dari anggota di posisi lebih rendah. Apakah masukan itu akan diterapkan atau tidak, tergantung pada kesepakatan kolektif organisasi yang membahasnya. “Saling menghargai dan mempercayai adalah faktor penting. Tidak boleh ada yang merasa lebih pintar, lebih berkuasa, atau lebih mampu,” jelasnya.
“Mereka yang lebih mampu tetap harus menghargai yang lain, sehingga tercipta suasana saling menghormati, atau dalam bahasa Jawa disebut nguwongke,” imbuh Iskundarti.
Ia mencontohkan bahwa sebagai Ketua OKK Forum Tanah Air, dirinya memiliki anggota yang terdiri dari para tokoh, senior gerakan, bahkan pimpinan partai. Walaupun secara organisasi (Forum Tanah Air) mereka berada di bawahnya, kemampuan mereka jauh lebih tinggi. Sebagai ketua bidang, ia tetap menghormati mereka.
“Prinsipnya adalah bisa menempatkan diri, meski berada di atas mereka dalam organisasi, tetap menghargai mereka. Hal inilah yang membuat anggota menjadi respek,” ungkapnya.
Iskundarti mengungkapkan bahwa landasan ketiga yang perlu dijunjung adalah menjaga kebersamaan antaranggota. Menurutnya, jika tidak ada kebersamaan, terutama dalam organisasi nirlaba, satu per satu anggota akan mundur. Ada yang merasa tidak dihargai dan memilih untuk mundur. “Kalau pun tidak mundur, semangatnya akan melemah,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kebersamaan ini penting untuk saling menumbuhkan semangat antaranggota, terutama bagi ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota lainnya.
“Meskipun organisasi ini nirlaba dan tidak mengikat, ketua tetap memiliki peran penting dalam menjaga kekompakan dan semangat. Selain itu, ketua juga harus pandai memotivasi anggota,” paparnya. (HMP)