Daily News | Jakarta – Seorang warga Jakarta Barat, Nabil, menyampaikan kekecewaannya atas keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang tidak memilih dan mencalonkan Anies Baswedan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024-2029.
“Sangat disayangkan Pak Anies tidak dicalonkan PDIP sebagai calon gubernur, sangat disayangkan,” kata Nabil saat diwawancarai KBA News di Jakarta Pusat, Rabu, 28 Agustus 2024.
Nabil mengungkapkan pilihannya kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu agar tidak dijadikan boneka politik oleh pemerintah saat ini. Apalagi, kata Nabil, Anies Baswedan adalah satu-satunya pemimpin yang membawa perubahan nyata.
“Karena hanya Pak Anies yang bisa membawa perubahan, tidak bisa hanya dijadikan boneka sambil mengutamakan kepentingan rakyat,” jelasnya.
Ia pun meragukan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang telah mendaftar di KPU DKI Jakarta, yakni pasangan Pramono Anung-Rano Karno, serta Ridwan Kamil-Suswono, bisa memimpin Jakarta.
Meski, katanya, Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil itu pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Sementara itu, Rano Karno menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten dan menggantikan Ratu Atut sebagai Gubernur Banten.
“Saya belum yakin. Bingung mau pilih siapa, hati saya tetap di Pak Anies Baswedan,” tegasnya.
Sekadar informasi, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta telah membuka pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Pendaftaran calon kepala daerah dibuka pada Selasa, 27 Agustus hingga Kamis, 29 Agustus 2024 pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, sedangkan pada 29 Agustus pukul 08.00 hingga 23.59 WIB.
Pasangan Pramono Anung-Rano Karno resmi mendaftar sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di KPU DKI Jakarta.
Pasangan Pramono-Rano Karno menjadi pasangan pertama yang mendaftar di KPU pada pukul 11.05 WIB. Mereka didampingi oleh partai politiknya.
Kemudian, Ridwan Kamil-Suswono tiba sekitar pukul 13.56 WIB. RK-Suswono terlihat didampingi jajaran partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus sebagai partai pendukungnya.
Maka di akhir pekan ini berseliweran pesan netizen kecewa untuk melawan oligarki dan rejim pemerintah agar rakyat mencoblos ketiga calon gubernur Jakarta, untuk mengekspresikan kemarahan ketika kedaulatan rakyat dalam memilih pemimpin yang dikehendaki mereka telah diberangus.
“Bayangkan, jika pilgub Jakarta mengalami kerusakan surat suara antara 30-50 persen, apa artinya bagi level demokrasi kita di mata dunia?” begitu komentara para pakar. (DJP)
Discussion about this post