Daily News | Jakarta – Hampir tepat setahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Sultan Hamengkubuwono X di Kraton Kilen, Yogyakarta, pada Rabu, 15 Januari 2025. Namun, pertemuan kali ini memiliki konteks yang berbeda dengan pertemuan yang berlangsung pada 28 Januari 2024.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Jember (Unej), Dr. Muhammad Iqbal, menjelaskan, menjelang Pilpres 2024, terungkap bahwa Jokowi sempat meminta bantuan Sultan untuk mempertemukannya dengan Megawati.
“Namun, kali ini, kunjungan Jokowi kepada Sultan di Kraton Kilen tampak kurang signifikan. Sultan menggambarkannya hanya sebagai kunjungan pribadi tanpa pesan politik yang jelas,” kata Iqbal, yang juga dikenal sebagai Cak Iqbal, dalam sebuah pernyataan kepada KBA News, Kamis, 16 Januari 2025.
Menurut Cak Iqbal, pertemuan politik antara tokoh-tokoh penting hampir selalu memiliki makna politik, sehingga hampir tidak mungkin pertemuan semacam itu dilihat sebagai sekadar pertemuan biasa.
“Semiotika politik mengajarkan kita untuk memahami makna secara utuh, tidak hanya melalui teks realitas politik, tetapi juga dengan membaca realitas kontekstualnya,” imbuhnya.
Konteks setahun lalu, menjelang pemilihan presiden 2024, jelas berbeda dengan situasi saat ini, yaitu Kongres PDIP yang dijadwalkan pada April 2025.
Di satu sisi, Cak Iqbal mencatat bahwa setelah lebih dari 100 hari masa jabatan Prabowo sebagai presiden, tidak ada tanda-tanda pertemuan antara dirinya dan Megawati.
“Sementara itu, pemerintahan Prabowo membutuhkan kepastian dan kejelasan terkait sikap PDIP, apakah akan mendukung atau menentang pemerintahannya,” ujarnya.
Di sisi lain, Cak Iqbal menyoroti maraknya kriminalisasi terhadap sejumlah elite PDIP, terkait kasus hukum dan politik.
“Sebaliknya, laporan masyarakat sipil terkait kasus hukum dinasti Jokowi terkesan jauh dari transparan,” ujarnya.
Lebih lanjut, menjelang akhir 2024, Jokowi, menurut Cak Iqbal, tengah menjadi sorotan internasional dari Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) atas dugaan keterlibatannya dalam korupsi politik.
Hal penting yang juga disoroti adalah status Hasto sebagai tersangka kasus Harun Masiku. Apalagi, Hasto sempat menyatakan telah mengumpulkan sejumlah bukti video terkait kasus hukum Jokowi dan keluarganya.
“Megawati yang dikenal tegas, ternyata tegas membela Hasto,” imbuh Cak Iqbal.
Jadi, konteks kunjungan Jokowi ke Sultan kali ini, dalam tafsir Cak Iqbal, bisa jadi mengindikasikan betapa besar pengaruh Sultan dalam mempertemukan Jokowi atau Prabowo dengan Megawati.
Meski Megawati tampaknya tidak punya masalah serius dengan Prabowo, Jokowi-lah yang dianggap berkonflik serius dengannya, terbukti dari pemecatannya dari PDIP.
Karena itu, Cak Iqbal menilai kunjungan Jokowi ke Sultan bisa jadi pertanda meningkatnya kepanikan karena khawatir Megawati akan membalas lebih keras dirinya dan keluarganya setelah Hasto ditetapkan sebagai tersangka kasus Harun Masiku.
“Jokowi sangat membutuhkan mediasi Sultan untuk mempertemukan Megawati,” pungkas Cak Iqbal. (DJP)
Discussion about this post