Daily News | Jakarta – Dengan ketokohan Anies yang dikenal memiliki visi besar dan Pramono yang dianggap teknokrat andal, duet ini punya peluang besar menjadi perhatian publik di Pilpres 2029.
Kemenangan pasangan Pramono-Doel dalam Pilgub Jakarta 2024 tidak hanya menjadi peristiwa politik lokal, tetapi juga membuka diskusi baru di tingkat nasional. Banyak pihak melihat kemenangan ini sebagai langkah strategis yang dapat mengantar Pramono Anung menjadi figur kunci dalam peta politik Indonesia ke depan.
Dengan dukungan kuat dari Anies Baswedan, keduanya diprediksi menjadi duet yang solid untuk Pilpres 2029 dan mampu menantang dominasi Prabowo Subianto.
Muhammad Husnil, S.S.I., atau Gus Husnil, dalam podcast Obrolan Waras di kanal YouTube Bambang Widjojanto menyebut kemenangan Pram-Doel ini sebagai momentum besar bagi kelompok oposisi yang selama ini merasa terpinggirkan oleh koalisi besar.
“Kemenangan Pramono-Doel adalah langkah pertama menuju konsolidasi kekuatan baru. Dengan Anies di belakang mereka, ini bukan hanya soal Jakarta. Ini adalah pijakan untuk sesuatu yang lebih besar,” ujar Husnil dikutip KBA News, Selasa, 17 Desember 2024.
Gus Husnil, sapaan akrabnya, Anies Baswedan meski tidak maju sebagai kandidat gubernur, memainkan peran krusial dalam kemenangan pasangan ini. Dukungan terbuka Anies berhasil memobilisasi pendukung setianya, yang dikenal sebagai “Anak Abah,” untuk memilih Pramono-Doel.
Alumni UIN Syarif Hidayatullah ini mengungkapkan, langkah ini tidak hanya memberikan kemenangan di Pilgub tetapi juga membangun fondasi bagi aliansi politik yang lebih besar di masa depan. “Dengan Anies yang dikenal memiliki visi besar dan Pramono yang dianggap teknokrat andal, duet ini punya peluang besar menjadi perhatian publik di Pilpres 2029,” kata Gus Husnil.
Gus Husnil juga menyoroti pentingnya strategi Anies yang berhasil memanfaatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap koalisi besar. Kegagalan koalisi besar dalam memberikan ruang bagi tokoh alternatif, seperti Anies, menjadi bumerang. “Ketika masyarakat merasa suara mereka tidak diwakili, mereka akan mencari sosok baru. Anies dan Pramono adalah jawaban atas kekecewaan itu,” jelasnya.
Pramono, yang memiliki rekam jejak bersih dan dianggap mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat, menjadi tokoh yang sangat potensial untuk diorbitkan di panggung nasional. “Jika Pramono bisa menunjukkan kepemimpinan yang kuat di Jakarta selama lima tahun ke depan, dia akan menjadi salah satu kandidat terkuat untuk Pilpres. Apalagi dengan Anies sekaligus partner politiknya,” tambah Husnil.
Tidak hanya itu, kehadiran duet ini juga diprediksi dapat menghadirkan tantangan serius bagi Prabowo Subianto. Dengan basis massa yang luas di Jakarta dan citra sebagai pembawa perubahan, Anies-Pramono memiliki daya tarik kuat, terutama bagi pemilih muda dan kelas menengah yang menginginkan politik yang bersih dan inovatif.
“Dengan usia Prabowo yang terus bertambah, publik juga mungkin mulai mencari figur baru. Duet Anies-Pramono adalah simbol regenerasi politik yang ditunggu-tunggu banyak orang,” ungkap Husnil.
Meski demikian, ada tantangan besar yang harus dihadapi. Dalam politik nasional, dukungan partai besar masih menjadi elemen penting. Namun, dengan modal kemenangan di Jakarta, duet ini memiliki kredibilitas dan legitimasi yang cukup untuk meyakinkan publik maupun elite politik. “Kemenangan ini adalah langkah pertama. Tapi jalan menuju Pilpres 2029 masih panjang, dan Anies-Pramono harus mampu menjaga momentum ini,” ujar Husnil.
Hasil Pilgub Jakarta 2024 ini juga mengirimkan pesan kuat bahwa publik masih menginginkan pemimpin dengan visi besar dan kemampuan teknokratis. Jika duet Anies-Pramono dapat menyelaraskan visi dan aksi mereka, Pilpres 2029 akan menjadi panggung yang menarik, dengan mereka sebagai penantang utama Prabowo Subianto. (EJP)