Daily News | Jakarta – Pendidikan bukan hanya tentang sekolah, tetapi juga bagaimana kita berpikir kritis dan menghadapi berbagai informasi yang kita terima setiap hari
Begitulah pernyataan Anies Baswedan menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Intelektual Muslim di Auditorium Prof Abdul Kahar Mudzakir, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Jalan Kaliurang Km 14,5, Kabupaten Sleman, Jumat, 21 Maret 2025. Ribuan hadir dalam acara itu.
Dalam paparannya, Anies Baswedan mengutip pernyataan Nelson Mandela: “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia.” Hal ini selaras dengan sejarah panjang UII sebagai kampus yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan.
“UII adalah kampus pertama yang lahir setelah kemerdekaan, saat jumlah mahasiswa masih sangat sedikit, hanya sekitar 10 hingga 200 orang, sementara 95 persen penduduk masih buta huruf,” ungkapnya.
Pendidikan dan Janji kemerdekaan
Menurut Anies, kemerdekaan membawa janji yang harus dilunasi, terutama dalam hal pendidikan. “Sudahkah janji itu benar-benar ditepati? Ada yang sudah terpenuhi, tetapi masih banyak yang belum. Ketimpangan pendidikan masih terjadi, baik di desa maupun di kota,” ujarnya.
Ia menyoroti realitas bahwa banyak anak-anak yang tidak memiliki akses pendidikan yang layak. Di desa, banyak sekolah mengalami kerusakan dan kekurangan guru. Sementara di kota, sekolah-sekolah internasional dengan fasilitas luar biasa berdiri berdampingan dengan sekolah yang masih kekurangan tenaga pengajar. “Tanpa keadilan dalam pendidikan, cita-cita bangsa ini hanya akan menjadi mimpi,” tegasnya.
Anies menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal memperoleh ijazah dan sertifikat, tetapi juga membangun nalar kritis dan kesadaran sebagai warga negara. “Bagaimana kita bisa memiliki demokrasi yang sehat jika rakyat tidak memahami hak-haknya? Bagaimana kita bisa membangun ekonomi yang kuat jika anak muda tidak memiliki kesempatan bersaing secara kompetitif?” tanyanya.
Ia membandingkan Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Tiongkok yang mengalami pertumbuhan pesat karena fokus pada reformasi pendidikan. Sayangnya, di Indonesia, para pemimpinnya sering kali pendidikan tidak mendapat perhatian karena tidak bisa dirasakan secara langsung.
“Kondisi tersebut terjadi terus menerus, sehingga kesenjangan dianggap sebagai sesuatu yang normal dan wajar. Tentu mindset harus diubah,” kata Anies
Mewujudkan pendidikan yang merata
Anies menegaskan pentingnya pemerataan pendidikan, terutama bagi kelompok yang paling rentan mengalami putus sekolah di jenjang SMP dan SMA. Ia juga menyoroti peran pendidikan dalam membangun bangsa yang lebih baik.
“Pendidikan bukan hanya tentang sekolah, tetapi juga bagaimana kita berpikir kritis dan menghadapi berbagai informasi yang kita terima setiap hari. Kita harus berkomitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan agar masa depan bangsa lebih cerah,” katanya.
Mengutip kembali Nelson Mandela, Anies menutup pemaparannya dengan sebuah pernyataan yang kuat: “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia.” Menurutnya, perubahan melalui pendidikan memang tidak instan, tetapi hasilnya akan bertahan dalam jangka panjang.
Acara ini memberikan perspektif mendalam tentang pentingnya pendidikan sebagai alat perubahan sosial. Dengan kesadaran dan aksi nyata, diharapkan sistem pendidikan di Indonesia dapat semakin maju dan merata untuk seluruh lapisan masyarakat.
Pantauan KBA News di lokasi acara, para peserta diskusi antusias menyimak paparan Anies Baswedan. Mereka pun tampak semangat saat Anies memasuki tempat diskusi. Mayoritas dari mereka mahasiswa, maupun pelajar, juga sejumlah komunitas guru juga hadir.
Di lokasi acara, tampak dihadiri Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D beserta sejumlah dosen. Selain itu Ketua Ikatan Alumni UII, Ari Yusuf Amir sekaligus Kuasa Hukum Tom Lembong, juga tampak hadir mendampingi Anies. (DJP)
Discussion about this post