Daily News | Jakarta – Anies Baswedan baru-baru ini mengadakan dialog mendalam dengan para Ketua OSIS (Organisasi Siswa) dari sekolah-sekolah di Jakarta. Dalam sesi yang menarik ini, Anies berbagi pandangannya tentang hakikat kepemimpinan. Menurut Anies, seorang pemimpin hanya menjadi pemimpin sejati ketika ia memiliki pengikut. Dalam video yang diunggah Kompas TV, Anies menjelaskan bahwa pengikut adalah mereka yang mendengarkan, bersedia mengikuti, dan bertindak sesuai dengan perkataan dan perbuatan pemimpin. “Pemimpin adalah orang yang memiliki pengikut, mereka yang percaya dan mengikuti pimpinannya,” kata Anies.
Anies membandingkan peran seorang pemimpin dengan peran seorang imam dalam salat, di mana seorang imam baru diakui sebagai imam jika ada pengikutnya. “Tanpa pengikut, tidak ada imam, meskipun salat dilakukan di mihrab,” katanya, seraya menyoroti pentingnya rasa saling percaya dalam kepemimpinan.
Ia lebih jauh menekankan perbedaan antara pemimpin muda dan pemimpin senior. Bagi pemimpin muda, penting untuk bersikap egaliter dan berkomunikasi dengan cara yang memberdayakan orang lain. Ia menunjukkan prinsip ini ketika tata letak panggung acara awalnya menempatkannya di atas penonton. Anies meminta tata letak diubah sehingga ia dapat duduk di antara para peserta, memastikan lingkungan lebih egaliter. “Ketika Anda bersama rekan-rekan, itu lebih setara, bukan?” katanya, menggarisbawahi bahwa suasana seperti itu mendorong kolaborasi.
Kepercayaan: Fondasi Kepemimpinan
Anies juga membahas kepercayaan sebagai landasan kepemimpinan. Ia menjabarkan rumus kepemimpinan:
T = C + I1 + I2 ? S1
T = Kepercayaan
C = Kompetensi
I1 = Integritas
I2 = Keintiman (hubungan personal)
S1 = Kepentingan pribadi
Bagi Anies, kepercayaan dibangun melalui kompetensi, integritas, hubungan personal, dan fokus pada kebaikan bersama, bukan kepentingan pribadi. Seorang pemimpin harus menunjukkan kualitas-kualitas ini untuk mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya.
Belajar dan Melupakan untuk Kepemimpinan Masa Depan
Anies menekankan bahwa para pemimpin harus terus belajar dan beradaptasi. Ia memperkenalkan konsep “melupakan” kemampuan untuk membuang praktik-praktik lama yang tidak lagi sesuai dengan konteks saat ini. “Seorang pemimpin harus selalu membawa ide-ide baru. Jika tidak, mereka tidak lagi muda,” katanya. Ia lebih lanjut menekankan pentingnya berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas sebagai keterampilan penting bagi para pemimpin masa depan. “Menjadi seorang pemimpin berarti menghormati rekan kerja Anda, dan itulah kunci untuk membangun kepercayaan,” kata Anies.
Pemimpin adalah Pembelajar Sepanjang Hayat
Anies melanjutkan dengan menjelaskan bahwa kepemimpinan bukan tentang jabatan atau posisi, tetapi tentang pengakuan dan kemampuan untuk memimpin melalui contoh. Ia juga menggarisbawahi bahwa kepemimpinan adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. “Pelatihan kepemimpinan tidak berhenti di sekolah menengah, universitas, atau bahkan setelah Anda memegang peran kepemimpinan. Ini adalah proses seumur hidup,” jelasnya.
Ia berbagi pengalaman dari sebuah acara internasional, di mana ia berkesempatan untuk berinteraksi dengan para CEO dan pemimpin global. Di sana, ia dikejutkan oleh seorang pembicara yang, pada usia hampir 90 tahun, telah menjadi pemimpin sepanjang hidupnya. “Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan,” kata Anies, menekankan pentingnya untuk selalu mencari ilmu.
Anies mendorong para pemimpin muda untuk mempertahankan pola pikir berkembang dan tidak berasumsi bahwa pelajaran kepemimpinan berhenti setelah mencapai posisi tertentu. Ia mengilustrasikan hal ini dengan pengalamannya sendiri, dengan menyatakan bahwa mengajukan pertanyaan dan memberdayakan orang lain adalah kunci untuk menumbuhkan kreativitas dan pemecahan masalah.
Perspektif Global tentang Kepemimpinan
Menjelang akhir dialog, Anies mengajak para peserta untuk memperluas wawasan dengan memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri. Menurutnya, merasakan budaya yang berbeda dan melihat Indonesia dari perspektif global sangat penting untuk pertumbuhan dan pemahaman pribadi. “Bukan tentang kapan Anda pergi ke luar negeri, tetapi suatu hari, Anda akan mendapatkan kesempatan untuk melihat Indonesia dari luar dan mendapatkan perspektif yang lebih luas,” pungkas Anies.
Melalui dialog ini, Anies menekankan pentingnya kepercayaan, kepemimpinan yang egaliter, dan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Wawasannya memberikan bimbingan yang sangat berharga bagi para pemimpin muda, menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang otoritas, tetapi tentang layanan, kolaborasi, dan selalu berjuang untuk peningkatan pribadi dan kolektif. (EJP)
Discussion about this post