Daily News | Jakarta – Di Bulan Ramadhan, tak hanya diisi dengan beribadah saja, umat Islam Indonesia harus terus meningkatkan rasa cinta tanah air sebagai salah satu bagian dari iman (hizbul waton minal iman)
Begitulah, mantan Menko Polhukam Prof Dr Mahfud MD mengatakan bagi Muslim Indonesia bulan Ramadhan punya banyak arti yang sangat penting. Hal itu adalah selain sebagai bulan ibadah untuk melakukan penyucian diri, juga harus dipakai sebagai ajang untuk meningkatkan rasa cinta tanah air atau nasionalisme.
”Sejarah mengatakan pada hari Jumat di sembilan Ramadhan 1945 itulah hari kemerdekaan kita. Kalau dalam hitungan kalender masehi itu bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945. Jadi bagi umat Islam Indonesia juga harus memahami dan menghayati betapa pentingnya bulan Ramadhan bagi eksistensi negara ini. Maka selain sebagai bulan untuk beribadah menunaikan rukum Islam, bulan Ramadhan harus dicintai dan dihayati sepenuh hati untuk menebalkan rasa nasionalisme,” kata Moh Mahfud pada acara silaturahmi dan buka puasa Ikatan keluarga Alumni (IKA) UII, di bilangan Mayestik Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat 14 Maret 2025.
Mahfud menegaskan, bagi umat Islam memang ibadah puasa Ramadhan dipakai sebagai ajang peningkatan kualitas diri. Namun terkait itu semua di sana juga harus disadari arti penting keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang semenjak dahulu kemerdekaanya diperjuangkan dalam waktu yang sangat panjang dengan penuh pengorbanan jiwa dan raga.
”Kita juga perlu renungkan adanya kaidah dalam ajaran Islam ‘Hizbul Waton Minal Iman’ (cinta tanah air itu adalah bagian dari cabang iman seorang Muslim. Rukun Iman memang enam jumlahnya, tapi ingat ada hadis shahih mengatakan setiap rukun iman itu mempunyai cabang hingga 70 buah, Dan setiap cabang itu punya 70 ranting lagi. Satu ranting iman mempunyai 70 anak ranting lagi. Dan begitu seterusnya hingga banyak sekali cabang, ibaratnya dari ranting, hingga anak ranting, ‘cucu’ dan ‘cicit’ ranting dari iman tersebut. Nah salah satu dari yang kecil-kecil iman itu adalah cinta kepada tanah air (hizbul waton) itu,” ungkapnya.
Mafhud yang juga guru besar FH UII selanjutnya menegaskan, ‘hizbul waton minal iman’ itu memang bukan ayat Alquran atau hadits Rasulullah Muhammad SAW. Tapi ini merupakan istinbath hukum, yakni proses untuk menarik hukum atau ketentuan hukum dari sumber-sumber tertentu dalam Islam. “Istinbath hukum merupakan bagian integral dari hukum Islam,” katanya.
Karena merupakan bagian dari sebagian yang ada dalam iman, maka posisi cinta kepada tanah air itu sangat penting. Oleh para ulama semenjak dahulu ‘hizbul waton’ atau cinta tanah air sebagai cara untuk menjaga eksistensi negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Semenjak dahulu para ulama telah mengatakan eksistensi sebuah negara itu bagian mutlak untuk menjamin iman, ibadah, dan kehidupan umat Islam.
”Ingat dengan mempunyai negara Indonesia yang merdeka, maka kita bebas dan nyaman beribadah seperti sekarang ini. Maka selain disyukuri melalui renungan ibadah di bulan Ramadhan, cinta tanah air harus dibuktikan dengan menjadi sosok Muslim yang terus berupaya menjadi insan yang mulai. Ini caranya salah satu di antaranya menjalani segala rangkaian ibadah di bulan Ramadhan agar menjadi semakin bermakna,” ujar Mahfud lagi.
Senada dengan Mahfud, Ketua Umum IKA UII, Dr Ari Yusuf Amir mengatakan sebagai salah satu kampus tertua yang para pendirinya adalah merupakan ‘bapak bangsa’ Indonesia, para alumni UII diharapkan terus berkiprah selain mendakwahkan Islam sebagai ajaran mulai dan juga menyuburkan rasa cinta tanah air dengan memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Untuk itu semangat berkorban kepada bangsa daran negara harus terus dipupuk serta diwariskan dari generasi ke generasi.
”Saya dengar para mahasiswa memberi pujian khusus kepada rektor UII saat ini di mana dia terus menggelorakan semangat dan kebebasan bertindak serta berpendapat. Apa pun kegiatan mahasiswa pihak universitas dan rektor selalu memberi dukungannya. Kami bangsa semangat perjuangan di UII dari dahulu sampai kini terus digelorakan,” tegas Ari Yusuf Amir. (DJP)
Discussion about this post