Daily News | Jakarta – Politik Ray Rangkuti mengatakan pertemuan Megawati dan Prabowo itu dilakukan di Jl Teuku Umar Jakarta, atau bukan di istana negara, merupakan strategi jitu Megawati bahwa dirinya tak bisa ditaklukkan oleh Prabowo. Ini juga menjadi tanda betapa ketokohannya tidak dapat dipandang sebelah mata oleh Prabowo.
“Terbukti Megawati tidak sama dengan ketua umum partai politik (parpol) lain yang bahkan rela menjadi pembantu Prabowo sebagai anggota kabinet. Yang dengan sendirinya menjadi anak buah pak Prabowo. Hal ini juga menempatkan Megawati tidak kalah pamor dari Jokowi di mana awal-awalnya didatangi oleh Prabowo ke Solo,” kata Ray Rangkuti kepada KBA News, Rabu 9 April 2025.
Menurut Ray, beda dengan pertemuan Jokowi dengan Prabowo yang dilakukan di tempat netral, pertemuan Megawati dan Prabowo berlangsung di rumah Megawati. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan untuk bertemu itu memang datang dari Prabowo.
“Prabowo menyadari dalam situasi bangsa seperti saat ini memang diperlukan kerja sama semua pihak. Tentu salah satu yang terpenting itu adalah kerja sama dengan partai-partai di parlemen. Prabowo menyadari bahwa kekuatan PDIP sangat besar, soliditasnya makin kuat dan pengaruhnya makin membesar. Sementara teman sekutu Prabowo begitu-begitu saja. Terus menerus mengaitkan diri dengan pak Jokowi juga tidak meningkatkan kekuatan politik di tengah masyarakat. Alhasil, jika pada akhirnya PDIP tetap memilih jalur oposisi misalnya, itu oposisi yang moderat. Bukan oposisi yang keras,” ujarnya lagi.
Bila dikaji lebih seksama, lanjut Ray, semua skenario pertemuan tersebut memang dilakukan di luar perkiraan. Hal ini adalah berbeda dengan ingatan orang masih terpaut kepada peristiwa enam tahun lalu, kalau Megawati dan Prabowo bertemu secara terbuka di Teuku Umar. “Dahulu pertemuan terjadi secara terbuka bahkan dengan pameran masak dan makan siang bersama. Maka jika pertemuan sekarang dilakukan dengan tertutup adalah di luar perkiraan dan saya kira bagian dari strategi Megawati.”
“?Pertemuan tertutup itu memberi kesan bahwa bagi Megawati pertemuan dengan Prabowo merupakan pertemuan biasa saja. Ini menjadi kurang lebih sama dengan pertemuan Megawati dengan tokoh politik lainnya. Dan ini menyiratkan bahwa pertemuan itu tak perlu dibesarkan karena nilainya sama dengan pertemuan Megawati dengan tokoh-tokoh lainnya,” tegas Ray Rangkuti.
Maka bila diberi penilaian, maka arti pertemuan itu memberi poin 70 untuk ibu Mega dan 30 untuk pak Prabowo. Porsi 70 persen itu berasal dari berbagai dimensi. Pertama, bila dilihat bahwa Megawati menunaikan satu faksi di dalam tubuh PDIP, yakni faksi ibu Puan Megawati yang memang berkeinginan kuat agar keduanya bertemu.
“Kedua, dari dimensi Presiden Prabowo yang mendatangi Megawati, bukan sebaliknya. Ini jelas maksudnya ingin menjaga hubungan dengan kekuatan oposisi agar tetap terjalin. Oposisi tidak merasa begitu saja ditinggalkan. Keempat, menjaga martabat Megawati sebagai ketua umum partai pemenang pemilu. Bukan partai yang belok sana belok sini demi kekuasaan,” tandas Ray Rangkuti. (AM)
Discussion about this post