Daily News | Jakarta – Pemimpin otentik yang senantiasa memikirkan kepentingan rakyat takkan pernah pupus dari memori warganya.
Penulis sejarah Jakarta sekaligus warga Duri Kepa, Jakarta Barat, Teguh Setiawan, mengatakan sampai saat ini memang memori terhadap sosok kepemimpinan Anies Baswedan di kalangan warga Jakarta sulit sekali dihilangkan. Ini tampak jelas ketika melihat fakta mereka masih tetap saja enggan ketika diajak membahas Pilkada Jakarta.
“Jarang warga kampung kami yang diajak ngobrol soal pilkada Jakarta antusias. Bahkan ketika ditanya akan nyoblos calon gubernur yang mana, mereka kebanyakan menjawab sebodo amat. Atau ketika mau menjawab mereka katakan akan coblos semua nanti. Melihat kenyataan ini saya ambil kesimpulan warga Jakarta tetap belum bisa menghapus nama Anies dari batinnya,” kata Teguh kepada KBA News , Rabu sore, 25 September 2024.
Lebih unik lagi, lanjut Teguh, dalam percakapan sehari-hari secara informal warga mengaku bersikap akan mencoblos semua calon di Pilkada Jakarta pada akhir November dilakukan dengan sepenuh kesadaran diri. Mereka juga menyatakan tak ada yang menyuruh bila mereka bersikap seperti itu.
“Mereka tahu soal coblos semua itu dari obrolan antar mereka saja. Bukan karena melihat tayangan televisi atau mendengarkan pidato dari seseorang yang mencoba mengkampanyekannya. Mereka mengaku tahu soal coblos semua dari percakapan di grup whatsapp atau media sosial. Himbauan dari pihak tertentu di televisi agar bersikap aktif dalam pilkada, mereka tak hiraukan. Apalagi mereka semua mengatakan sudah jarang nonton televisi lagi,” ujarnya.
Menurut Teguh, ketidakantusiasan warga itu tampak jelas bila melihat suasana perkampungan di Jakarta saat ini. Tanda-tanda akan segera berlangsung pilkada tetap tak terlihat. Tak ada poster, selebaran, spanduk atau hal lainnya soal itu.”Yang paling penting lagi, orang yang ditunjuk sebagai pengumpul suara warga juga tak terlihat. Entah mengapa kini mereka tak terlihat sekarang padahal lazimnya banyak yang suka karena ada duitnya.”
“Situasi tak antusias ini berbanding terbalik dengan suasana jelang Pilkada 2017. Kala itu warga kampung kami sangat antusias sambut pilkada. Para ‘botoh’ atau simpul suara terlihat di setiap kelompok warga. Perbincangan soal pilkada disoroti warga dengan antusias. Nah, inilah suasana yang kini hilang entah ke mana? Sepi sekali,” ungkap Teguh Setiawan.
Bahkan yang paling mengkhawatirkan, kata Teguh, selain warga Jakarta terkesan tak antusias terhadap Pilkada 2024, mereka juga tak merasa peduli lagi kepada partai politik. Mereka kini sudah anggap semua partai politik tak ada bedanya, yakni semua bersikap pragmatis untuk mencari remah kekuasaan dan kekayaan negara.
“Warga menganggap tak peduli ideologi partai nasionalis, Islam, atau lainnya, di mata mereka semua partai sama saja. Bahkan terlihat jelas sikap kekecewaan mereka banyak tertuju kepada partai politik yang sebelumnya akan mencalonkan Anies di Pilkada. Nah, ketika gagal mereka semua memberi catatan khusus kepada partai-partai itu. Kekecewaan mereka kepada partai-partai politik yang menjegal Anies sangat besar. Dan saya kira ini suatu hal yang serius bagi partai politik,” ungkap Teguh kembali.
Dalam soal Pilkada Jakarta kali ini, kata Teguh warga memang akan tetap datang ke tempat pemungutan suara (TPS) ketika hendak melakukan pencoblosan.
“Semua warga mengaku akan datang ke TPS. Mereka juga mendaftarkan panggian memilih yang kini sudah mereka terima. Lalu saat itu mereka akan meminta surat suara, dan kemudian akan masuk ke TPS. Namun ketika di situ mereka rata-rata ngomong kepada saya akan mencoblos semua. Dan ketika saya tanya mengapa itu dilakukan, mereka jawab karena tak ada pilihan,” tandas Teguh Setiawan. (DJP)
Discussion about this post